Getah Damar Matakucing Mulai Langka
Pesisir Tengah, WL
Getah damar matakucing (Shorea javanica) yang selama ini cukup tersedia di daerah pesisir Krui Kabupaten Lampung Barat (Lambar), kini mulai langka.
Pasalnya, areal tegakan pohon damar produktif jauh berkurang itebang pemiliknya karena alasan ekonomis-praktis.
Pohon warisan nenek moyang tersebut banyak dihabisi anak-cucunya dengan alasan kebutuhan sehari-hari dan biaya anak sekolah.
Padahal, menunggu sebatang pohon bisa berproduksi atau produktif butuh waktu tak kurang 20 tahun.
Persoalan lain, eks areal pohon damar itu sendiri tak semuanya ditanami kembali dengan jenis pohon sama, sebagian besar malah terlantar meski diakui sebagian kecil saja yang dihijaukan dengan jenis pohon lain dengan asumsi nilai ekonomis-komersilnya kurang lebih sama.
Padahal bedanya, kalau pohon damar setelah mulai berproduksi selamanya akan menghasilkan.
Tapi kalau pohon biasa hanya bisa diambil kayunya, ketika sudah dipanen atau ditebang harus ditanami lagi mulai dari bibit.
Untuk diketahui, pohon damar dewasa ditakil (dilubangi berbentuk segitiga) batangnya agar mengelurkan getah bening kristal minimal per dua minggu.
Sebatang pohon damar bisa ditakil minimal berdiamieter sebesar batang pohon kelapa atau sekitar berumur 20 tahunan.
Kebanyakan, pohon damar di daerah pesisir Krui merupakan warisan nenek moyang.
Ditanam oleh kakek buyut tempo doeloe dan cucu-cucunya sekarang yang memanen.
Bahkan di daerah Pahmungan Krui, ada pohon yang ditanam semasa penjajahan Belanda dan sampai sekarang tetap produktif.
Artinya, untuk sebatang pohon damar bisa berproduksi membutukan waktu puluhan tahun.
Ini sangat kontraproduktif jika pohon dengan nilai ekonomi tinggi itu dihabisi hanya untuk menjawab kepentingan harian praktis-pragmatis—dimana hal itu lebih banyak dijadikan sebagai alasan pembenar penebangan.
Ada matarantai yang sulit diurai jika berbicara damar dan produk hulu-hilirnya.
Produk hulu berupa kayu atau batang damar dibeli pengusaha saw mill dengan harga cukup menggiurkan.
Sementara produk hilir berupa getahnya dibeli tauke damar. Untuk penjelasan kedua, komoditas tersebut kini menjadi langka.
“Getah damar sulit didapat karena pohonnya ditebang dan dijual ke saw mill,” ujar H. Darussamin HB, salah seorang tauke damar di Krui, Rabu (22/6). (aga)
Getah damar matakucing (Shorea javanica) yang selama ini cukup tersedia di daerah pesisir Krui Kabupaten Lampung Barat (Lambar), kini mulai langka.
Pasalnya, areal tegakan pohon damar produktif jauh berkurang itebang pemiliknya karena alasan ekonomis-praktis.
Pohon warisan nenek moyang tersebut banyak dihabisi anak-cucunya dengan alasan kebutuhan sehari-hari dan biaya anak sekolah.
Padahal, menunggu sebatang pohon bisa berproduksi atau produktif butuh waktu tak kurang 20 tahun.
Persoalan lain, eks areal pohon damar itu sendiri tak semuanya ditanami kembali dengan jenis pohon sama, sebagian besar malah terlantar meski diakui sebagian kecil saja yang dihijaukan dengan jenis pohon lain dengan asumsi nilai ekonomis-komersilnya kurang lebih sama.
Padahal bedanya, kalau pohon damar setelah mulai berproduksi selamanya akan menghasilkan.
Tapi kalau pohon biasa hanya bisa diambil kayunya, ketika sudah dipanen atau ditebang harus ditanami lagi mulai dari bibit.
Untuk diketahui, pohon damar dewasa ditakil (dilubangi berbentuk segitiga) batangnya agar mengelurkan getah bening kristal minimal per dua minggu.
Sebatang pohon damar bisa ditakil minimal berdiamieter sebesar batang pohon kelapa atau sekitar berumur 20 tahunan.
Kebanyakan, pohon damar di daerah pesisir Krui merupakan warisan nenek moyang.
Ditanam oleh kakek buyut tempo doeloe dan cucu-cucunya sekarang yang memanen.
Bahkan di daerah Pahmungan Krui, ada pohon yang ditanam semasa penjajahan Belanda dan sampai sekarang tetap produktif.
Artinya, untuk sebatang pohon damar bisa berproduksi membutukan waktu puluhan tahun.
Ini sangat kontraproduktif jika pohon dengan nilai ekonomi tinggi itu dihabisi hanya untuk menjawab kepentingan harian praktis-pragmatis—dimana hal itu lebih banyak dijadikan sebagai alasan pembenar penebangan.
Ada matarantai yang sulit diurai jika berbicara damar dan produk hulu-hilirnya.
Produk hulu berupa kayu atau batang damar dibeli pengusaha saw mill dengan harga cukup menggiurkan.
Sementara produk hilir berupa getahnya dibeli tauke damar. Untuk penjelasan kedua, komoditas tersebut kini menjadi langka.
“Getah damar sulit didapat karena pohonnya ditebang dan dijual ke saw mill,” ujar H. Darussamin HB, salah seorang tauke damar di Krui, Rabu (22/6). (aga)
Tidak ada komentar