Tajuk - 04 Agustus 2011
Berbicara masalah pemimpin, ia akan mengait pada sosok atau figur, latar belakang, kecakapan dan kemampuan, visi-misi, maupun juga track record atau rekam jejak. Artinya, pemimpin yang telah berkarya untuk orang banyak akan direkam dalam merori otak warganya. Ia juga akan dilihat latar belakangnya, baik dari keturunan bapak-ibunya, pergaulannya maupun lembaga atau instansi yang menempanya, tempat ia bekerja.
Tentu saja ia juga harus memiliki kecakapan dan kemampuan agar selama memimpin tak kebablasan menuruti seleranya, tapi semua tindakannya selalu dalam lingkup aturan main yang ada. Untuk itu, sosok pemimpin yang ideal tak bisa dipatok hanya pada ukuran yang subjektif, tapi lebih kepada pada tataran yang objektif dan profesional. Pengakuan atas kepemimpinannya diakui tidak hanya oleh kelompok tertentu, tapi semua kelompok.
Seorang pemimpin, apakah itu pemimpin rumah tangga atau kepala keluarga, pemimpin organisasi, pemimpin bangsa dan negara, harusnya bisa diterima semua golongan dan masyarakatnya, tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lain dalam hal pelayanan. Tidak cukup hanya itu, dia juga harus cakap atau berkemampuan memimpin, sehingga dengannya akan menelurkan prestasi-prestasi di semua bidang. Sosok seorang pemimpin ideal, sekurang-kurangnya seperti tersebut di atas.
Seorang pemimpin bukan berarti tidak pernah salah, meski idealnya demikian, tapi setelah bersalah diupayakannya diperbaiki sehingga menelurkan prestasi. Seorang pemimpin, dulunya sebelum kepemimpinannya diakui secara formal mungkin pernah bersalah, tapi ketika memimpin dia berupaya memperbaiki kesalahannya dengan perbutan-perbuatan yang berguna, bukan malah membuat kesalahan baru. Seorang pemimpin yang haus akan prestai dan perubahan ke aarah lebih baik, itu alami. (*)
Tentu saja ia juga harus memiliki kecakapan dan kemampuan agar selama memimpin tak kebablasan menuruti seleranya, tapi semua tindakannya selalu dalam lingkup aturan main yang ada. Untuk itu, sosok pemimpin yang ideal tak bisa dipatok hanya pada ukuran yang subjektif, tapi lebih kepada pada tataran yang objektif dan profesional. Pengakuan atas kepemimpinannya diakui tidak hanya oleh kelompok tertentu, tapi semua kelompok.
Seorang pemimpin, apakah itu pemimpin rumah tangga atau kepala keluarga, pemimpin organisasi, pemimpin bangsa dan negara, harusnya bisa diterima semua golongan dan masyarakatnya, tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lain dalam hal pelayanan. Tidak cukup hanya itu, dia juga harus cakap atau berkemampuan memimpin, sehingga dengannya akan menelurkan prestasi-prestasi di semua bidang. Sosok seorang pemimpin ideal, sekurang-kurangnya seperti tersebut di atas.
Seorang pemimpin bukan berarti tidak pernah salah, meski idealnya demikian, tapi setelah bersalah diupayakannya diperbaiki sehingga menelurkan prestasi. Seorang pemimpin, dulunya sebelum kepemimpinannya diakui secara formal mungkin pernah bersalah, tapi ketika memimpin dia berupaya memperbaiki kesalahannya dengan perbutan-perbuatan yang berguna, bukan malah membuat kesalahan baru. Seorang pemimpin yang haus akan prestai dan perubahan ke aarah lebih baik, itu alami. (*)
Tidak ada komentar