Tajuk - 05 Juli 2011
Pengumuman hasil seleksi penerimaan siswa baru (PSB) tingkat SMA, Selasa (5/7), diharapkan menjadi tonggak perjuangan bagi siswa yang diterima di sekolah favoritnya. Ada banyak persyaratan dalam seleksi yang dilakukan, yang pasti semua bermuara pada upaya peningkatan mutu didik sekolah tersebut, itu semua diharapkan dapat dilewati calon siswa untuk kemudian yang bersangkutan dipastikan duduk dikuota bangku yang tersedia.
Ini tentu menjadi harapan bagi siswa dan orangtua serta guru-guru di sekolah itu. Dimana sejak awal, sekolah tersebut menerima dan menampung calon siswa sesuai keinginan yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud. Tentu diasumsikan bahwa semua calon siswa yang diterima adalah yang ideal sesuai ketenuan di atas, semuanya pintar.
Persoalan kecakapan atau pintar ini, tentu banyak hal yang menjadi indikatornya. Misalnya si calon siswa pernah menduduki peringkat pada almamaternya tingkat SLTP. Dengan demikian, poin kecakapan sebagimana dimaksud sudah terpenuhi. Tinggal lagi pada calon sekolahnya saat calon siswa mengikuti seleksi, beberapa item lain harus pula dipenuhinya.
Tentu saja ada banyak hal yang harus dipenuhi, termasuk poin yang tak tertulis soal kedekatan. Biasanya faktor kedekatan juga tak kalah pentingnya dengan item-item yang menjadi persyaratan lainnya. Namnum demikian, justru factor inilah yang kadang menempati posisi lebih utama dengan persyratan lain, sangat bergantung dengan dedikasi dan loyalitas pihak terkait dalam hal ini panitia penerimaan.
Di sekolah-sekolah yang ada, beberapa di antaranya kalau tidak mau dikatakan semuanya dipastikan menerima melebihi kuota yang tersedia. Misalnya, setiap kelas kuotanya 30 orang, sekolah menerima lebih dari itu dengan alasan akomodatif. Ini tentu setelah dipertimbangkan secara matang dan eksesnya masih bisa ditoleransi. Tapi kalau kelebihan jumlah siswa lebih dari 10%, ini tentu pertanda tidak baik.
Akan lain lagi ceritanya pada sekolah dengan kategori khusus, seperti yang bertaraf internasional, yakni SMAN 1 Liwa. Di sekolah itu sejumlah persyaratan yang ada menjadi mutlak diadakan. Seperti perangkat belajar laptop dan juga dana bantuan dari orangtua yang besarannya variatif sekali sesuai kemampuan orangtua calon siswa. Namun demikian, masih saja ada indikasi mengakomodir persyaratan tak tertulis tersebut. (*)
Ini tentu menjadi harapan bagi siswa dan orangtua serta guru-guru di sekolah itu. Dimana sejak awal, sekolah tersebut menerima dan menampung calon siswa sesuai keinginan yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud. Tentu diasumsikan bahwa semua calon siswa yang diterima adalah yang ideal sesuai ketenuan di atas, semuanya pintar.
Persoalan kecakapan atau pintar ini, tentu banyak hal yang menjadi indikatornya. Misalnya si calon siswa pernah menduduki peringkat pada almamaternya tingkat SLTP. Dengan demikian, poin kecakapan sebagimana dimaksud sudah terpenuhi. Tinggal lagi pada calon sekolahnya saat calon siswa mengikuti seleksi, beberapa item lain harus pula dipenuhinya.
Tentu saja ada banyak hal yang harus dipenuhi, termasuk poin yang tak tertulis soal kedekatan. Biasanya faktor kedekatan juga tak kalah pentingnya dengan item-item yang menjadi persyaratan lainnya. Namnum demikian, justru factor inilah yang kadang menempati posisi lebih utama dengan persyratan lain, sangat bergantung dengan dedikasi dan loyalitas pihak terkait dalam hal ini panitia penerimaan.
Di sekolah-sekolah yang ada, beberapa di antaranya kalau tidak mau dikatakan semuanya dipastikan menerima melebihi kuota yang tersedia. Misalnya, setiap kelas kuotanya 30 orang, sekolah menerima lebih dari itu dengan alasan akomodatif. Ini tentu setelah dipertimbangkan secara matang dan eksesnya masih bisa ditoleransi. Tapi kalau kelebihan jumlah siswa lebih dari 10%, ini tentu pertanda tidak baik.
Akan lain lagi ceritanya pada sekolah dengan kategori khusus, seperti yang bertaraf internasional, yakni SMAN 1 Liwa. Di sekolah itu sejumlah persyaratan yang ada menjadi mutlak diadakan. Seperti perangkat belajar laptop dan juga dana bantuan dari orangtua yang besarannya variatif sekali sesuai kemampuan orangtua calon siswa. Namun demikian, masih saja ada indikasi mengakomodir persyaratan tak tertulis tersebut. (*)
Tidak ada komentar