Debet Kali Waylakak Menurun 50%
Jum'at, 09 September 2011
Belalau, WL - Kali (sungai, red) yang bersumber mataair kaki Pematang Bakhu di Pekon Bakhu Kecamatan Batuketulis Lampung Barat (Lambar), yang sempat terbakar hebat akibat ulah perambah hutan adat tersebut, ratusan warga Pekon Bakhu dengan sengaja membuka hutan adat dimaksud guna dijadikan lahan perkebunan secara besar-besaran mencapai 70% dari luas hutan Pematang Bakhu.
Akibatnya setelah sempat terbakar dan menghabiskan sekitar 10 hektare dari luas wilayah hutan tersebut kini kali Waylakak yang menjadi tumpuan untuk mengaliri persawahan warga Pekon Bedudu, Kejadian, Kenali, dan sekitarnya kini debit airnya berkurang bahkan terancam mati.
Meskipun warga yang membuka lahan tersebut telah diperingatkan oleh aparat pekon setempat untuk memikirkan akan dampak negatif jika hutan adat dimaksud dibuka da dijadikan lahan perkebunan. Namun warga setempat berdalih membuka hutan agar bisa dimanfaatkan lebih baik bahkan menganggap jika pembukaan hutan tersebut bertujuan untuk meningkatkan perekonomian warga.
Ketika ditemui di areal persawahannya di Pemangku Waysemangka Pekon Bedudu, M. Harbi, kepada Warta Lambar, Kamis (8/9), mengku jika dirinya mengandalkan kali Waylakak untuk mengaliri sawahnya. Namun akibat debitnya yang telah menurun mengakibatkan lebih dari 900 hektare areal persawahan tersebut terancam kekurangan air.
Harbi berharap instansi terkait bisa menghentikan aktivitas pembukaan hutan adat dan bisa dihijaukan lagi seperti sediakala. Sebab baru mencapai 70% hutan yang telah dibuka debit air sudah menurun dan sulit untuk mengaliri sawah-sawah yang mengandalkan air dari kali tersebut. “Saya berharap instansi terkait bisa menghentikan pembukaan hutan tersebut agar sawah-sawah yang mengandalkan kali tersebut tidak terancam kekurangan air,” tutupnya. (nop)
Belalau, WL - Kali (sungai, red) yang bersumber mataair kaki Pematang Bakhu di Pekon Bakhu Kecamatan Batuketulis Lampung Barat (Lambar), yang sempat terbakar hebat akibat ulah perambah hutan adat tersebut, ratusan warga Pekon Bakhu dengan sengaja membuka hutan adat dimaksud guna dijadikan lahan perkebunan secara besar-besaran mencapai 70% dari luas hutan Pematang Bakhu.
Akibatnya setelah sempat terbakar dan menghabiskan sekitar 10 hektare dari luas wilayah hutan tersebut kini kali Waylakak yang menjadi tumpuan untuk mengaliri persawahan warga Pekon Bedudu, Kejadian, Kenali, dan sekitarnya kini debit airnya berkurang bahkan terancam mati.
Meskipun warga yang membuka lahan tersebut telah diperingatkan oleh aparat pekon setempat untuk memikirkan akan dampak negatif jika hutan adat dimaksud dibuka da dijadikan lahan perkebunan. Namun warga setempat berdalih membuka hutan agar bisa dimanfaatkan lebih baik bahkan menganggap jika pembukaan hutan tersebut bertujuan untuk meningkatkan perekonomian warga.
Ketika ditemui di areal persawahannya di Pemangku Waysemangka Pekon Bedudu, M. Harbi, kepada Warta Lambar, Kamis (8/9), mengku jika dirinya mengandalkan kali Waylakak untuk mengaliri sawahnya. Namun akibat debitnya yang telah menurun mengakibatkan lebih dari 900 hektare areal persawahan tersebut terancam kekurangan air.
Harbi berharap instansi terkait bisa menghentikan aktivitas pembukaan hutan adat dan bisa dihijaukan lagi seperti sediakala. Sebab baru mencapai 70% hutan yang telah dibuka debit air sudah menurun dan sulit untuk mengaliri sawah-sawah yang mengandalkan air dari kali tersebut. “Saya berharap instansi terkait bisa menghentikan pembukaan hutan tersebut agar sawah-sawah yang mengandalkan kali tersebut tidak terancam kekurangan air,” tutupnya. (nop)
Tidak ada komentar