Jalan Penghubung Butuh Pembangunan
Jum'at, 16 September 2011
Lumbokseminung, WL - Jalan Penghubung antara Pekon Sukabanjar-Ujungrembun Kecamatan Lumbokseminung Kabupeten Lampung Barat (Lambar), hingga kini sangat memprihatinkan, selain badan jalan yang masih berupa pasir bercampur batu juga di beberapa bagian terdapat kubangan.
Pantauan wartawan koran ini, Kamis (15/9), selain badan jalan yang terdapat kubangan juga tanjakan yang sangat membahayakan pengguna jalan. Terlebih di saat musim penghujan sepeda motor (R2) yang bisa melintas hanya jenis trail itu juga kalau kendaran tersebut mengunakan rantai di roda belakang.
Menurut warga, Sugeng, sejak dirinya dan keluarga masuk ke pekon tersebut 25 tahun yang lalu, hingga saat ini jalan tersebut belum teresentuh pembangunan dan yang lebih mengerikan lagi di saat hujan turun jalan yang menurun sagat licin begitu juga jalan yang datar harus eksra hati-hati karena di tengah jalan terdapat genangan air akibat adanya kubangan.
Ironisnya lagi, selama ini penempatan pembanguna fisik maupun non fisik seperti diperuntukkan bagi daerah yang bisa menguntungkan, dan posisi daerahnya berdekatan dengan ibukota kecamatan saja. Lalu kapan daerah yang terisolir bisa ikut menikmati hasil pembanguna seperti pekon-pekon yang lain.
Sugeng menambahkan hal serupa juga dirasakan saat musim kemarau. Sebab, tidak jarang pengguna jalan merasakan sesak napas akibat debu berterbangan. Tetapi pengguna jalan terpaksa menerima kenyataan pahit tersebut karena jalan penghubung tersebut hanya satu-satunya yang bisa dilaui kedaran R2. “Kami sangat mengharapkan jalan penghubung satu-satunya tersebut bisa dibangun,” tutupnya. (rom)
Lumbokseminung, WL - Jalan Penghubung antara Pekon Sukabanjar-Ujungrembun Kecamatan Lumbokseminung Kabupeten Lampung Barat (Lambar), hingga kini sangat memprihatinkan, selain badan jalan yang masih berupa pasir bercampur batu juga di beberapa bagian terdapat kubangan.
Pantauan wartawan koran ini, Kamis (15/9), selain badan jalan yang terdapat kubangan juga tanjakan yang sangat membahayakan pengguna jalan. Terlebih di saat musim penghujan sepeda motor (R2) yang bisa melintas hanya jenis trail itu juga kalau kendaran tersebut mengunakan rantai di roda belakang.
Menurut warga, Sugeng, sejak dirinya dan keluarga masuk ke pekon tersebut 25 tahun yang lalu, hingga saat ini jalan tersebut belum teresentuh pembangunan dan yang lebih mengerikan lagi di saat hujan turun jalan yang menurun sagat licin begitu juga jalan yang datar harus eksra hati-hati karena di tengah jalan terdapat genangan air akibat adanya kubangan.
Ironisnya lagi, selama ini penempatan pembanguna fisik maupun non fisik seperti diperuntukkan bagi daerah yang bisa menguntungkan, dan posisi daerahnya berdekatan dengan ibukota kecamatan saja. Lalu kapan daerah yang terisolir bisa ikut menikmati hasil pembanguna seperti pekon-pekon yang lain.
Sugeng menambahkan hal serupa juga dirasakan saat musim kemarau. Sebab, tidak jarang pengguna jalan merasakan sesak napas akibat debu berterbangan. Tetapi pengguna jalan terpaksa menerima kenyataan pahit tersebut karena jalan penghubung tersebut hanya satu-satunya yang bisa dilaui kedaran R2. “Kami sangat mengharapkan jalan penghubung satu-satunya tersebut bisa dibangun,” tutupnya. (rom)
Tidak ada komentar