Kepsek Pungut 40Kg Kopi Kering/Walimurid
Rabu, 21 September 2011
Pagardewa, WL - Kepala Sekolah (Kepsek) Sekolah Dasar Swasta (SDS) Sinarumpu Pekon Batuapi Kecamatan Bagardewa Kabupaten Lampung Barat (Lambar), Suhendar, diduga kuat memungut 40Kg kopi kering/walimurid dengan tujuan untuk pembayaran gaji guru honor di sekolah itu.
Hal tersebut dijelaskan salah seorang walimurid, Ali, kepada Warta Lambar, Selasa (20/9). Menurutnya, pemungutan tersebut dikeluhkan pihak walimurid karena produksi kopi tahun ini jauh menurun. “40Kg untuk tahun ini dihasilkan oleh kebun kopi seluas satu hektare, mana lagi yang untuk dimakan.”
Masih kata dia, dengan adanya pemungutan dimaksud meski keberatan, namun pihak walimurid terpaksa menuruti hal itu demi kelancaran kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut. Sebab, mengumpulkan 40Kg kopi kering sekarang ini sama sulitnya dengan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Terpisah, Kepsek Suhendar, ketika dikonfirmasi mengatakan kebijakan tersebut terpaksa ditempuh pihak sekolah untuk membayar gaji guru honor serta biaya pembenahan fasilitas sekolah. “Kalau hanya mengandalakan anggaran-anggaran itu tidak akan cukup,” jelasnya.
Pertanyaanya, dikemanakan dan diapakan anggara-anggaran yang didapat setiap tahunnya, seperti Biaya Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin (BSM), dan bantuan lainya. Suhendar mengatakan anggaran-anggaran tersebut tidak mencukupi untuk menunjang kemajuan sekolah.
Persoalannya, ternyata di sekolah tersebut pihak sekolah belum mendengar program yang digembar-gemborkan tentang Sekolah Gratis. Ironisnya Kepala UPT Disdik Sekincau Jumron Abada enggan mengomentari permasalahan tersebut. “Saya tidak tahu soal itu,” pungkasnya. (san)
Pagardewa, WL - Kepala Sekolah (Kepsek) Sekolah Dasar Swasta (SDS) Sinarumpu Pekon Batuapi Kecamatan Bagardewa Kabupaten Lampung Barat (Lambar), Suhendar, diduga kuat memungut 40Kg kopi kering/walimurid dengan tujuan untuk pembayaran gaji guru honor di sekolah itu.
Hal tersebut dijelaskan salah seorang walimurid, Ali, kepada Warta Lambar, Selasa (20/9). Menurutnya, pemungutan tersebut dikeluhkan pihak walimurid karena produksi kopi tahun ini jauh menurun. “40Kg untuk tahun ini dihasilkan oleh kebun kopi seluas satu hektare, mana lagi yang untuk dimakan.”
Masih kata dia, dengan adanya pemungutan dimaksud meski keberatan, namun pihak walimurid terpaksa menuruti hal itu demi kelancaran kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut. Sebab, mengumpulkan 40Kg kopi kering sekarang ini sama sulitnya dengan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Terpisah, Kepsek Suhendar, ketika dikonfirmasi mengatakan kebijakan tersebut terpaksa ditempuh pihak sekolah untuk membayar gaji guru honor serta biaya pembenahan fasilitas sekolah. “Kalau hanya mengandalakan anggaran-anggaran itu tidak akan cukup,” jelasnya.
Pertanyaanya, dikemanakan dan diapakan anggara-anggaran yang didapat setiap tahunnya, seperti Biaya Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin (BSM), dan bantuan lainya. Suhendar mengatakan anggaran-anggaran tersebut tidak mencukupi untuk menunjang kemajuan sekolah.
Persoalannya, ternyata di sekolah tersebut pihak sekolah belum mendengar program yang digembar-gemborkan tentang Sekolah Gratis. Ironisnya Kepala UPT Disdik Sekincau Jumron Abada enggan mengomentari permasalahan tersebut. “Saya tidak tahu soal itu,” pungkasnya. (san)
Tidak ada komentar