Pengerjaan Perpustakaan MAN Krui Asal Jadi
Senin, 12 September 2011
Pesisir Tengah, WL - Pembangunan gedung perpustakaan MAN Krui Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten
Lampung Barat (Lambar) dinilai asal jadi. Kepada Warta Lambar, Minggu (11/9), penggiat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Geshindo, Rifasha, menjelaskan pembangunan yang menggunakan anggaran Kementrian Agama Provinsi Lampung seninilai Rp116 juta itu tampak sekali kecurangan yang dilakukan kontraktor yang bernaung di bawah CV. Mulia Corporate. Indikasi tersebut terlihat pada pengecoran tiang dan selup menggunakan kerokos, seharusnya split. Ukuran besi untuk tiang seharusnya 12” faktanya menggunakan 8”. Parahnya lagi besi tersebut diantaranya ada yang berukuran 6”.
Selain itu, untuk cor ukuran semen diduga menyimpang. Hal itu dibuktikan saat pegang dan gosok pasirnya berjatuhan. Selain itu material juga menggunakan pasir laut.
Lanjut Rifasha, lemahnya pengawasan menjadi pemicu utama buruknya mutu pembangunan. Seharusnya, sambung dia, instansi terkait tidak hanya mamberikan anggaran tetapi lebih penting pengawasan. Itu agar mutu
pembangunan sesuai anggaran yang ada. Rifasha juga meminta intsansi terkait tidak hanya terima laporan di atas meja. “Apa lagi ini pembangunan di Kemenag tentunya menjadi barometer pembangunan di Lambar.
Selain itu, saat investigasi, Geshindo tidak mendapati satupun konsultan maupun pihak pelaksana pekerjaan dari pihak CV. Mulia Corporate. Sehingga tidak dapat konfirmasi yang jelas,” tutup Rifasha. (sul)
Pesisir Tengah, WL - Pembangunan gedung perpustakaan MAN Krui Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten
Lampung Barat (Lambar) dinilai asal jadi. Kepada Warta Lambar, Minggu (11/9), penggiat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Geshindo, Rifasha, menjelaskan pembangunan yang menggunakan anggaran Kementrian Agama Provinsi Lampung seninilai Rp116 juta itu tampak sekali kecurangan yang dilakukan kontraktor yang bernaung di bawah CV. Mulia Corporate. Indikasi tersebut terlihat pada pengecoran tiang dan selup menggunakan kerokos, seharusnya split. Ukuran besi untuk tiang seharusnya 12” faktanya menggunakan 8”. Parahnya lagi besi tersebut diantaranya ada yang berukuran 6”.
Selain itu, untuk cor ukuran semen diduga menyimpang. Hal itu dibuktikan saat pegang dan gosok pasirnya berjatuhan. Selain itu material juga menggunakan pasir laut.
Lanjut Rifasha, lemahnya pengawasan menjadi pemicu utama buruknya mutu pembangunan. Seharusnya, sambung dia, instansi terkait tidak hanya mamberikan anggaran tetapi lebih penting pengawasan. Itu agar mutu
pembangunan sesuai anggaran yang ada. Rifasha juga meminta intsansi terkait tidak hanya terima laporan di atas meja. “Apa lagi ini pembangunan di Kemenag tentunya menjadi barometer pembangunan di Lambar.
Selain itu, saat investigasi, Geshindo tidak mendapati satupun konsultan maupun pihak pelaksana pekerjaan dari pihak CV. Mulia Corporate. Sehingga tidak dapat konfirmasi yang jelas,” tutup Rifasha. (sul)
Siapapun pihaknya klo memang terbukti adanya kecurangan yang berimbas pada kerugian uang negara dalam pembangunan gedung perpustakaan MAN Krui Kecamatan Pesisir Tengah, hrs segera d'minta prtanggung jawaban scara hukum, karena pembangunan trsbt tlah menelan dana yang ckup besar..
BalasHapus