Pertimbangan di Timbang dan Dipertimbangkan
Selasa, 20 September 2011
Sebetulnya ‘timbang’ hanya sebuah kata dasar yang memiliki makna luas. Kata dasar tersebut seutuhnya jarang digunakan, lebih sering digunakan manakala ditambah awalan dan akhiran. Dengan demikian kata tersebut bermakna lebih luas dan menyangkut banyak uraian yang menjadi bahasannya. Biasanya kata itu digunakan setelah menerima atau membahas pokok pembanding lainnya, yakni masukan, tujuan, maupun juga dasar atau payung hukum yang melingkupinya. Tapi juga bisa bermakna sangat subjektif dengan dibumbui atau dibungkus untuk kepentingan yang lebih luas sebagai argumentasi pembenar lainnya.
Ambil contoh rentang waktu atau proses sebelum rolling pejabat eselon. Isu atau wacana yang mengamuka sebetulnya jauh mendahului sebelum pelaksanaannya. Kadang rolling kepala sekolah, kadang rolling pejabat eselon, atau memngisi kekosongan kursi pejabat yang karena sesuatu dan lain hal menjadi tak terisi. Singkatnya pejabat yang merasa bakal di-rolling sudah tidak nyaman lagi bekerja. Bagi yang mendapat informasi tak jelas itu, ada di antaranya yang memberikan penilaian sendiri. Semuanya mengarah pada subjektivitas siapa penggunanya (user). Meski hal tersebut sangat sulit dibuktikan, tapi nuansa seperti itu sedikit banyak menghiasinya.
Tapi yang harus juga menjadi perhatian adalah hal itu memang menjadi kewenangan sang user. Tidak terburu-buru menentukan pilihan, tentu salah satu makna pertimbangan—yang berasal dari kata ‘timbang’ itu tadi. Dalam mempertimbangkan masukan maupun tujuan rolling tersebut, tentu tak semudah membalikkan telur mata sapi. Banyak hal yang harus diperhatikan (baca: dipertimbangkan). Tapi tujuan utamanya adalah penyegaran dan mengisi pos jabatan yang lowong—dengan demikian diharapkan lebih profesional dan produktif.
Harapannya, komposisi terkini hasil rolling akan memuaskan semua pihak. Baik bagi sang user maupun jajaran terkait lainnya, terlebih masyarakat luas. Profesionalitas dan produktivitas sesunguhnya bisa diterjemahkan dengan makna sederhana, sesuai aturan namun menghasilkan. Pada akhirnya, bukan hanya sang user, tapi juga semuanya berharap agar kinerja pejabat eselon lebih bisa ditunjukkan dengan prestasi. Mungkin saja itu semua diawali dengan faktor kedekatan, balas jasa, ewuh pakewuh, dan lain sebagainya, tapi semuanya berharap dan bermuara pada etos dan prestasi kerja yang mumpuni. (*)
Sebetulnya ‘timbang’ hanya sebuah kata dasar yang memiliki makna luas. Kata dasar tersebut seutuhnya jarang digunakan, lebih sering digunakan manakala ditambah awalan dan akhiran. Dengan demikian kata tersebut bermakna lebih luas dan menyangkut banyak uraian yang menjadi bahasannya. Biasanya kata itu digunakan setelah menerima atau membahas pokok pembanding lainnya, yakni masukan, tujuan, maupun juga dasar atau payung hukum yang melingkupinya. Tapi juga bisa bermakna sangat subjektif dengan dibumbui atau dibungkus untuk kepentingan yang lebih luas sebagai argumentasi pembenar lainnya.
Ambil contoh rentang waktu atau proses sebelum rolling pejabat eselon. Isu atau wacana yang mengamuka sebetulnya jauh mendahului sebelum pelaksanaannya. Kadang rolling kepala sekolah, kadang rolling pejabat eselon, atau memngisi kekosongan kursi pejabat yang karena sesuatu dan lain hal menjadi tak terisi. Singkatnya pejabat yang merasa bakal di-rolling sudah tidak nyaman lagi bekerja. Bagi yang mendapat informasi tak jelas itu, ada di antaranya yang memberikan penilaian sendiri. Semuanya mengarah pada subjektivitas siapa penggunanya (user). Meski hal tersebut sangat sulit dibuktikan, tapi nuansa seperti itu sedikit banyak menghiasinya.
Tapi yang harus juga menjadi perhatian adalah hal itu memang menjadi kewenangan sang user. Tidak terburu-buru menentukan pilihan, tentu salah satu makna pertimbangan—yang berasal dari kata ‘timbang’ itu tadi. Dalam mempertimbangkan masukan maupun tujuan rolling tersebut, tentu tak semudah membalikkan telur mata sapi. Banyak hal yang harus diperhatikan (baca: dipertimbangkan). Tapi tujuan utamanya adalah penyegaran dan mengisi pos jabatan yang lowong—dengan demikian diharapkan lebih profesional dan produktif.
Harapannya, komposisi terkini hasil rolling akan memuaskan semua pihak. Baik bagi sang user maupun jajaran terkait lainnya, terlebih masyarakat luas. Profesionalitas dan produktivitas sesunguhnya bisa diterjemahkan dengan makna sederhana, sesuai aturan namun menghasilkan. Pada akhirnya, bukan hanya sang user, tapi juga semuanya berharap agar kinerja pejabat eselon lebih bisa ditunjukkan dengan prestasi. Mungkin saja itu semua diawali dengan faktor kedekatan, balas jasa, ewuh pakewuh, dan lain sebagainya, tapi semuanya berharap dan bermuara pada etos dan prestasi kerja yang mumpuni. (*)
Tidak ada komentar