Bangun Talud, Warga Siap Hibahkan Tanah
Belalau, WL - Pembangunan talud penahan longsor pada sisi kiri-kanan badan jalan Nasional di Pekon Kenalai Kecamatan Belalau Kabupaten Lampung Barat (Lambar) yang hancur sekitar 10 hari lalu di dua titik diduga disebabkan pengerjaan yang tak maksimal. Meski begitu, kerusakan tengah diperbaiki dan untuk memaksimalkan pembangunan tersebut.
Agar pengerjaan maksimal, warga pemilik persawahan yang tepat di samping pembangunan besedia menghibahkan lahannya yang diperlukan berupa sawah dengan lebar 0,5M dan panjang 100M. Dengan syarat, kemiringan sekitar 75 derajat tak seperti talud sebelumnya yang dibangun bediri tegak, 90 derajat.
Hal tersebut dijelaskan pemilik sawah, Ahmad Riduan, kepada Warta Lambar, Minggu (15/10). Menurutnya, dia siap memberikan sebagian lahan sawahnya untuk kepentingan pembangunan talud, dengan harapan pihak rekanan memiringkan talud dan bukan berdiri tegak seperti pembangunan pertama. Sambungnya, dirinya telah menduga hancurnya talud tersebut pada saat hujan deras satu minggu lalu bukan karena faktor alam dan hancur karena debit air yang cukup tinggi tetapi karena pembangunannya yang kurang maksimal. “Sekitar 5M3 di dua titik sawah saya tertimbun longsoran berupa tanah dan fondasi namun tidak ada ganti rugi sebab tidak ada di Rancangan Anggaran Biaya (RAB) ucap inspektorat yang sempat turun meninjau lokasi,” ujarnya.
Masih kata dia, dirinya telah memberikan teguran kepada pengawas lapangan pekerjaan tersebut untuk memaksimalkan pekerjaan termasuk menyampaikan bahwa dirinya siap memberikan sebagian tanah, sebab dengan pembanguan seperti itu dipastikan tidak akan bertahan lama. “Namun himbauan tersebut tidak diindahkan dan terbukti belum cukup satu bulan talud hancur,” tambahnya.
Dikonfirmasi via ponsel pengawas lapangan, Ari Patoni, mengaku pihaknya segera membangun kembali talud tersebut. Dan pihaknya berjanji akan memaksimalkan pembangunannya. Lanjutnya, pihaknya berencana membongkar habis talud tersebut dan akan membangunnya kembali, dan untuk kerusakan yang terjadi dirinya tidak mengakui jika pengerjaannya yang kurang maksimal. “Jebolnya talud tersebut murni karena faktor alam karena besarnya debit air pada saat turun hujan,” tutupnya. (nop)
Senin, 17 Oktober 2011
*)
Agar pengerjaan maksimal, warga pemilik persawahan yang tepat di samping pembangunan besedia menghibahkan lahannya yang diperlukan berupa sawah dengan lebar 0,5M dan panjang 100M. Dengan syarat, kemiringan sekitar 75 derajat tak seperti talud sebelumnya yang dibangun bediri tegak, 90 derajat.
Hal tersebut dijelaskan pemilik sawah, Ahmad Riduan, kepada Warta Lambar, Minggu (15/10). Menurutnya, dia siap memberikan sebagian lahan sawahnya untuk kepentingan pembangunan talud, dengan harapan pihak rekanan memiringkan talud dan bukan berdiri tegak seperti pembangunan pertama. Sambungnya, dirinya telah menduga hancurnya talud tersebut pada saat hujan deras satu minggu lalu bukan karena faktor alam dan hancur karena debit air yang cukup tinggi tetapi karena pembangunannya yang kurang maksimal. “Sekitar 5M3 di dua titik sawah saya tertimbun longsoran berupa tanah dan fondasi namun tidak ada ganti rugi sebab tidak ada di Rancangan Anggaran Biaya (RAB) ucap inspektorat yang sempat turun meninjau lokasi,” ujarnya.
Masih kata dia, dirinya telah memberikan teguran kepada pengawas lapangan pekerjaan tersebut untuk memaksimalkan pekerjaan termasuk menyampaikan bahwa dirinya siap memberikan sebagian tanah, sebab dengan pembanguan seperti itu dipastikan tidak akan bertahan lama. “Namun himbauan tersebut tidak diindahkan dan terbukti belum cukup satu bulan talud hancur,” tambahnya.
Dikonfirmasi via ponsel pengawas lapangan, Ari Patoni, mengaku pihaknya segera membangun kembali talud tersebut. Dan pihaknya berjanji akan memaksimalkan pembangunannya. Lanjutnya, pihaknya berencana membongkar habis talud tersebut dan akan membangunnya kembali, dan untuk kerusakan yang terjadi dirinya tidak mengakui jika pengerjaannya yang kurang maksimal. “Jebolnya talud tersebut murni karena faktor alam karena besarnya debit air pada saat turun hujan,” tutupnya. (nop)
Senin, 17 Oktober 2011
*)
Tidak ada komentar