Bangunan Diduga Milik Aliran Sesat Dilaporkan
Kebuntebu, WL - Sebuah masjid yang di bangun empat tahun silam, diduga warga Pekon Ciptamulya Kecamatan Kebuntebu Kabupaten Lampung Barat (Lambar), milik penganut aliran sesat di laporkan warga. Hal tersebut dijelaskan tokoh masyarakat setempat, Agus Jayadi kepada Warta Lambar, Senin (17/10).
Menurutnya, penghuni masjid tersebut tertutup terhadap masyarakat setempat serta dalam melaksanakan ibadah terlihat, banyak kejanggalan seperti, melaksanakan solat jumat cukup hanya dilakukan oleh empat orang saja. Penghuni masjid tak jelas karena dihuni secara bergilir dan cukup tertutup terhadap masyarakat setempat. “Orang-orang itu datang minep di masjid itu paling lama empat hari. Setelah itu pergi dan digantikan oleh rekanya yang lain,” jelasnya. Ditambahkanya, warga tidak mengetahui dari mana dan kemana perginya penghuni masjid yang bergilir menghuni masjid tersebut.
Masih kata dia, merasa tidak nyaman, pihaknya melaporkan hal tersebut ke kecamatan setempat untuk dilangsungkan ke Majlis Ulama Indonesia (MUI) Lambar, agar kegiatan yang meresahkan warga tersebut segera ditindak lanjuti oleh pihak terkait.
Akan tetapi hingga saat ini, laporan tersebut belum ada tanggapan dari pihak terkait sementara warga telah semakin resah dengan keberadaanya. “Saya takut kalau ada warga yang terpangaruh dengan aliran itu,” pungkasnya. (san)
Selasa, 18 Oktober 2011
Menurutnya, penghuni masjid tersebut tertutup terhadap masyarakat setempat serta dalam melaksanakan ibadah terlihat, banyak kejanggalan seperti, melaksanakan solat jumat cukup hanya dilakukan oleh empat orang saja. Penghuni masjid tak jelas karena dihuni secara bergilir dan cukup tertutup terhadap masyarakat setempat. “Orang-orang itu datang minep di masjid itu paling lama empat hari. Setelah itu pergi dan digantikan oleh rekanya yang lain,” jelasnya. Ditambahkanya, warga tidak mengetahui dari mana dan kemana perginya penghuni masjid yang bergilir menghuni masjid tersebut.
Masih kata dia, merasa tidak nyaman, pihaknya melaporkan hal tersebut ke kecamatan setempat untuk dilangsungkan ke Majlis Ulama Indonesia (MUI) Lambar, agar kegiatan yang meresahkan warga tersebut segera ditindak lanjuti oleh pihak terkait.
Akan tetapi hingga saat ini, laporan tersebut belum ada tanggapan dari pihak terkait sementara warga telah semakin resah dengan keberadaanya. “Saya takut kalau ada warga yang terpangaruh dengan aliran itu,” pungkasnya. (san)
Selasa, 18 Oktober 2011
Tidak ada komentar