FT dan PJOK akan Tegur TPK Bakhu
Belalau, WL - Fasilitator Teknis (FT) Wiwit, S.T. dan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Syarifuddin, menyatakan siap turun ke lapangan ihwal kecurangan yang diduga dilakukan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Pekon Bakhu Kecamatan Batuketulis Lampung Barat (Lambar). Hal tersebut disampaikan Wiwit mendampingi Syarifuddin kepada Warta Lambar, Selasa (4/10).
Menurutnya, pemasangan batu onderlagh oleh pekerja memakai sistem pasang tidur. Terkait hal itu, Wiwit menegaskan sistem tersebut tidak dibenarkan. Sebab itu pihaknya akan memberikan teguran kepada TPK tersebut.
Selain itu, TPK tidak pernah memasang papan nama pekerjaan dan pengerjaan juga diborongkan kepada Tahul dan menjadi perbincangan FT dan PJOK.
Wiwit sendiri terkesan membela TPK karena untuk permasalahan tersebut, baik FT maupun PJOK, sama-sama tidak bisa menyalahkan sebab pihaknya yakin tidak adanya plang kemungkinan karena dicolong. “Banyak plang nama yang hilang dicolong orang,” ucap Wiwit.
Ihwal pengerjaan tersebut diborongkan, menurutnya kemungkinan besar karena ikatan tanggung jawab kepada pelaksana harian. “Agar upah tidak membengkak dan tidak ada kejanggalan sebab pekerja umumnya warga setempat,” tambah Wiwit. Terkait pemasangan batu onderlagh yang asal-asalan, tandas Wiwit,
jelas bermasalah. Sebab seharusnya pemasangan untuk batu onderlagh berdiri agar tertanam di tanah.
Sekadar mengingatkan beberapa waktu lalu pernyataan pekerja perihal pemasangan dengan sistem pasang tidur tersebut merupakan permintaan dari TPK. “Kami disuruh memasang dengan cara pasang tidur dengan posisi batu tidak boleh berdiri kemungkinan untuk mengirit material,” ucap salah satu pekerja
Sekretaris TPK, Sudirman, saat dihubungi via ponsel enggan berkomentar. Sudirman meminta wartawan koran ini menemuinya di rumah. Ketika wartawan koran ini tiba dikediamannya Sudirman malah bersembunyi enggan bertemu dan memberikan keterangan terhadap wartawan. (nop)
Rabu, 05 Oktober 2011
Menurutnya, pemasangan batu onderlagh oleh pekerja memakai sistem pasang tidur. Terkait hal itu, Wiwit menegaskan sistem tersebut tidak dibenarkan. Sebab itu pihaknya akan memberikan teguran kepada TPK tersebut.
Selain itu, TPK tidak pernah memasang papan nama pekerjaan dan pengerjaan juga diborongkan kepada Tahul dan menjadi perbincangan FT dan PJOK.
Wiwit sendiri terkesan membela TPK karena untuk permasalahan tersebut, baik FT maupun PJOK, sama-sama tidak bisa menyalahkan sebab pihaknya yakin tidak adanya plang kemungkinan karena dicolong. “Banyak plang nama yang hilang dicolong orang,” ucap Wiwit.
Ihwal pengerjaan tersebut diborongkan, menurutnya kemungkinan besar karena ikatan tanggung jawab kepada pelaksana harian. “Agar upah tidak membengkak dan tidak ada kejanggalan sebab pekerja umumnya warga setempat,” tambah Wiwit. Terkait pemasangan batu onderlagh yang asal-asalan, tandas Wiwit,
jelas bermasalah. Sebab seharusnya pemasangan untuk batu onderlagh berdiri agar tertanam di tanah.
Sekadar mengingatkan beberapa waktu lalu pernyataan pekerja perihal pemasangan dengan sistem pasang tidur tersebut merupakan permintaan dari TPK. “Kami disuruh memasang dengan cara pasang tidur dengan posisi batu tidak boleh berdiri kemungkinan untuk mengirit material,” ucap salah satu pekerja
Sekretaris TPK, Sudirman, saat dihubungi via ponsel enggan berkomentar. Sudirman meminta wartawan koran ini menemuinya di rumah. Ketika wartawan koran ini tiba dikediamannya Sudirman malah bersembunyi enggan bertemu dan memberikan keterangan terhadap wartawan. (nop)
Rabu, 05 Oktober 2011
Tidak ada komentar