Menarik Getek Mendulang Rupiah
Bandarnegeri Suoh, WL - Getek (rakit) terbuat dari susunan bambu, salah satu sarana transportasi penyeberangan di sungai Waysemangka yang menghubungkan Pekon Suoh-Gunungratu Kecamatan Bandarnegeri Suoh Kabupaten Lampung Barat (Lambar). Salah seorang pemilik getek, Usman, mengatakan dirinya mampu mendulang uang Rp50 ribu-Rp70 ribu perhari dalam sebagai upah menarik getek. Pasalnya, setiap hari kendaraan roda dua (R2) yang menyeberang menumpang getek miliknya rata-rata 30 unit kendaraan dan dikenai ongkos Rp2 ribu/unit.
Ditambahkanya, penyeberangan tersebut merupakan salah satu jalur alternatif warga sekitar. Sebab, jika tidak warga harus berputar melintasi jalur peletusan yang kondisinya cukup memrihatinkan. Mengingat jalur tersebut becek dan medannya relatif sulit. “Lebih baik menyeberang melalui getek dari pada harus mutar lewat areal peletusan yang sulit dilewati,” jelasnya.
Masih kata dia, dengan menjadi penarik getek dirinya merasa cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Akan tetapi terkadang aktivitas tersebut terhenti ketika sungai tersebut banjir dan memaksa dirinya menunggu hingga debit air mengecil. Sebab ketika banjir datang penarikan getek terlalu berisiko, bahkan terkadang getek yang ditambat di tepi sungai pun terbawa arus sehingga Usman harus membuat getek kembali. “Bukan sekali dua getek itu terbawa hanyut.”
Pertanyaannya, haruskah penyeberangan tersebut menggunakan getek apakah tidak akan lebih baik jika pemerintah memikirkan pembuatan jembatan pada penyeberangan tersebut sehingga warga akan lebih nyaman ketika meyeberang. (san)
Rabu, 02 November 2011
Ditambahkanya, penyeberangan tersebut merupakan salah satu jalur alternatif warga sekitar. Sebab, jika tidak warga harus berputar melintasi jalur peletusan yang kondisinya cukup memrihatinkan. Mengingat jalur tersebut becek dan medannya relatif sulit. “Lebih baik menyeberang melalui getek dari pada harus mutar lewat areal peletusan yang sulit dilewati,” jelasnya.
Masih kata dia, dengan menjadi penarik getek dirinya merasa cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Akan tetapi terkadang aktivitas tersebut terhenti ketika sungai tersebut banjir dan memaksa dirinya menunggu hingga debit air mengecil. Sebab ketika banjir datang penarikan getek terlalu berisiko, bahkan terkadang getek yang ditambat di tepi sungai pun terbawa arus sehingga Usman harus membuat getek kembali. “Bukan sekali dua getek itu terbawa hanyut.”
Pertanyaannya, haruskah penyeberangan tersebut menggunakan getek apakah tidak akan lebih baik jika pemerintah memikirkan pembuatan jembatan pada penyeberangan tersebut sehingga warga akan lebih nyaman ketika meyeberang. (san)
Rabu, 02 November 2011
Tidak ada komentar