Editorial
Kabupaten Lampung Barat (Lambar), konon, kata orang bijak diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai daerah yang potensial, sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya juga cukup mendukung. Maka tak heran ketika ada yang menyebut Lambar diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum. Artinya banyak harapan yang ada di sana. Dukungan potensi sumberdaya alamnya cukup tersedia dan beragam. Tinggal lagi, bagaimana memformulasikan pengelolaan ketersedian potensi tersebut sehingga menjadi sebuah harapan yang bermuara pada upaya mensejahterakan rakyatnya.
Di Liwa dan sekitarnya, sering disebut daerah atas, tersedia potensi pertanian, perkebunan, dan perikanan tangkap (darat/tawar). Sementara di daerah bawah, terdiri atas 10 kecamatan wilayah pesisiir, ketersediaan potensi sumberdaya alam juga berlimpah. Mulai dari hamparan pesisir (laut) yang luas, lahan perkebunan dan pertanian, dan tentunya perikanan laut juga cukup mendukung. Sekali lagi, bagaimana mengelola sumberdaya alam tersebut menjadi sebuah kemasan atau sistem pengelolaan yang menarik dan menguntungkan sehingga menjadi item tersendiri dalam upaya mensejahterakan rakyatnya.
Untuk menunjangnya diperlukan faktor pendukung yang bersentuhan langsung dengan hal tersebut. Ketersediaan sumberdaya manusia (tenaga ahli) merupakan faktor dominan yang diperlukan. Sehingga objek pengelolaan dalam hal ini mungkin disebut sumberdaya alam, juga cukup tersedia dan hanya perlu pengelolaan dan pengemasannya saja. Jika itu dilakukan, maka sinergi antara ketersediaan sumberdaya alam dan pengelolaan oleh sumberdaya manusia yang andal mampu menciptakan suatu terobosan yang mumpuni dan menghasilkan atau produktif.
Menjelang pemilukada langsung kedua yang dijadualkan digelar 27 September nanti, Lambar genap berusia 21 tahun dan menginjak ke tahun berikutnya. Dari segi umur, tentu tidak termasuk muda lagi, sudah remaja. Artinya sudah sangat pas untuk menentukan langkahnya sendiri ke depan. Tentu saja pengertiannya tergantung dengan nakhoda yang akan membawanya ke depan, dalam hal ini bupati. Dan ketika berbicara masalah bupati-wakil bupati (wabup), siapaun figur dimunculkan tentu dipertimbangkan untuk dipilih adalah yang memiliki komitmen memajukan sektor tersebut. Yakni sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan sektor lain seperti perhubungan laut, udara, dan darat.
Termasuk di dalamnya masalah prasarana transportasi khususnya darat. Sebab, sebagian besar masyarakat di Lambar menggantungkan masalah transportasi ini sektor darat. Meski tidak berarti sektor perairan dan udara diabaikan pembangunannya. Sebab, sektor transportasi air ini akan mengakomodir keinginan warga di sekitar Kecamatan Lumbokseminung dan juga Krui (pesisir). Sementara transportasi udara selalu menjadi dambaan masyarakat pesisir (Krui), yang memang fondasinya telah dibangun dan kini tinggal meneruskannya.
Artinya, siapapun figur yang akan tampil membangun Lambar lima tahun ke depan, harus mampu mengakomodir aspirasi masyarakat di berbagai sektor tersebut, yakni pertanian, perkebunan, dan transportasi. Ini juga bukan berarti menomorduakan sektor laon, seperti keamanan. Sebab, bagaimana pun juga majunya sektor-sektor tersebut, ketika masalah keamanan ini diabaikan, tentu juga tak akan maksimal. Tapi, bagaimana Lambar ke depan menjadi kondusif, sangat bergantung dengan upaya pengelolaan beberapa sektor itu tadi, utamanya keamanan. (*)
Terbit 07 Februari 2012
Di Liwa dan sekitarnya, sering disebut daerah atas, tersedia potensi pertanian, perkebunan, dan perikanan tangkap (darat/tawar). Sementara di daerah bawah, terdiri atas 10 kecamatan wilayah pesisiir, ketersediaan potensi sumberdaya alam juga berlimpah. Mulai dari hamparan pesisir (laut) yang luas, lahan perkebunan dan pertanian, dan tentunya perikanan laut juga cukup mendukung. Sekali lagi, bagaimana mengelola sumberdaya alam tersebut menjadi sebuah kemasan atau sistem pengelolaan yang menarik dan menguntungkan sehingga menjadi item tersendiri dalam upaya mensejahterakan rakyatnya.
Untuk menunjangnya diperlukan faktor pendukung yang bersentuhan langsung dengan hal tersebut. Ketersediaan sumberdaya manusia (tenaga ahli) merupakan faktor dominan yang diperlukan. Sehingga objek pengelolaan dalam hal ini mungkin disebut sumberdaya alam, juga cukup tersedia dan hanya perlu pengelolaan dan pengemasannya saja. Jika itu dilakukan, maka sinergi antara ketersediaan sumberdaya alam dan pengelolaan oleh sumberdaya manusia yang andal mampu menciptakan suatu terobosan yang mumpuni dan menghasilkan atau produktif.
Menjelang pemilukada langsung kedua yang dijadualkan digelar 27 September nanti, Lambar genap berusia 21 tahun dan menginjak ke tahun berikutnya. Dari segi umur, tentu tidak termasuk muda lagi, sudah remaja. Artinya sudah sangat pas untuk menentukan langkahnya sendiri ke depan. Tentu saja pengertiannya tergantung dengan nakhoda yang akan membawanya ke depan, dalam hal ini bupati. Dan ketika berbicara masalah bupati-wakil bupati (wabup), siapaun figur dimunculkan tentu dipertimbangkan untuk dipilih adalah yang memiliki komitmen memajukan sektor tersebut. Yakni sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan sektor lain seperti perhubungan laut, udara, dan darat.
Termasuk di dalamnya masalah prasarana transportasi khususnya darat. Sebab, sebagian besar masyarakat di Lambar menggantungkan masalah transportasi ini sektor darat. Meski tidak berarti sektor perairan dan udara diabaikan pembangunannya. Sebab, sektor transportasi air ini akan mengakomodir keinginan warga di sekitar Kecamatan Lumbokseminung dan juga Krui (pesisir). Sementara transportasi udara selalu menjadi dambaan masyarakat pesisir (Krui), yang memang fondasinya telah dibangun dan kini tinggal meneruskannya.
Artinya, siapapun figur yang akan tampil membangun Lambar lima tahun ke depan, harus mampu mengakomodir aspirasi masyarakat di berbagai sektor tersebut, yakni pertanian, perkebunan, dan transportasi. Ini juga bukan berarti menomorduakan sektor laon, seperti keamanan. Sebab, bagaimana pun juga majunya sektor-sektor tersebut, ketika masalah keamanan ini diabaikan, tentu juga tak akan maksimal. Tapi, bagaimana Lambar ke depan menjadi kondusif, sangat bergantung dengan upaya pengelolaan beberapa sektor itu tadi, utamanya keamanan. (*)
Terbit 07 Februari 2012
Tidak ada komentar