Pancur Tujuh Mengalir Tiada Henti
Sumberjaya, WL-Di saat masyarakat Kelurahan Tugusari dan Pekon Sukapura Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat (Lambar), pada musim kemarau sulit untuk mendapatkan air bersih, di Lingkungan Margalaksana II Kelurahan Tugusari tepatnya jalan masuk kantor camat dan Polsek Sumberjaya dari jalan lintas Bukitkemuning-Liwa masih ada sebuah sumber mataair yang mengalir tiada henti, sehingga banyak digunakan masyarakat untuk kepentingan hari-hari.
Oleh masyarakat setempat sumber mata air itu diberi nama (bak pancuran tujuh) atau sumber mata air yang memiliki tujuh lubang sumber mata air.
Warga setempat, Darwis, mengatakan ketika dikonfirmasi Warta Lambar Selasa (7/2) bak pancur tujuh yang muncul sejak tahun 1950 itu cukup layak dipelihara dan dijaga kelestariannya.
Karena pada setiap musim kemarau dimana banyak sumur warga yang kesulitan mendapatkan air bersih, sumbermata air tersebut tidak pernah berhenti mengalir, bahkan masyarakat pun terkadang berbondong-bondong datang ke sumber air ini untuk menampung air menggunakan jeriken.
Menurutnya, bukan hanya itu pada pagi atau sore banyak warga yang memanfaatkan sumber mata air tersebut untuk mandi. Namun, entah apa alasannya sumber mata air pancur tujuh itu dilarang untuk disalurkan ke rumah warga.
Ditambahkannya, yang mengherankan air tersebut tidak pernah habis dan selalu mengalir meskipun diambil oleh puluhan masyarakat.
Masih kata dia besar kemungkinan keberadaan mata air ini karena adanya hutan di atas lokasi tersebut, sebab pohon-pohon besar masih tumbuh dengan suburnya mampu menahan air hujan yang turun dan mengalirkannya sebagai mata air yang bisa dimanfatkan masyarakat. "selaku warga setempat kami mengharapkan aparat pemerintah memeliharanya dan menjadi aset kecamatan, dan kalau pohon-pohon besar di lokasi ditebang, tidak mustahil sumber mata air tersebut bisa habis dan hilang, maka untuk menjaganya, pemerintah harus melarang keras pihak-pihak yang ingin menebang pepohonan timbulnya sumber mata air bak pancur tujuh," pungkasnya (san)
terbit 08 Februari 2012
Oleh masyarakat setempat sumber mata air itu diberi nama (bak pancuran tujuh) atau sumber mata air yang memiliki tujuh lubang sumber mata air.
Warga setempat, Darwis, mengatakan ketika dikonfirmasi Warta Lambar Selasa (7/2) bak pancur tujuh yang muncul sejak tahun 1950 itu cukup layak dipelihara dan dijaga kelestariannya.
Karena pada setiap musim kemarau dimana banyak sumur warga yang kesulitan mendapatkan air bersih, sumbermata air tersebut tidak pernah berhenti mengalir, bahkan masyarakat pun terkadang berbondong-bondong datang ke sumber air ini untuk menampung air menggunakan jeriken.
Menurutnya, bukan hanya itu pada pagi atau sore banyak warga yang memanfaatkan sumber mata air tersebut untuk mandi. Namun, entah apa alasannya sumber mata air pancur tujuh itu dilarang untuk disalurkan ke rumah warga.
Ditambahkannya, yang mengherankan air tersebut tidak pernah habis dan selalu mengalir meskipun diambil oleh puluhan masyarakat.
Masih kata dia besar kemungkinan keberadaan mata air ini karena adanya hutan di atas lokasi tersebut, sebab pohon-pohon besar masih tumbuh dengan suburnya mampu menahan air hujan yang turun dan mengalirkannya sebagai mata air yang bisa dimanfatkan masyarakat. "selaku warga setempat kami mengharapkan aparat pemerintah memeliharanya dan menjadi aset kecamatan, dan kalau pohon-pohon besar di lokasi ditebang, tidak mustahil sumber mata air tersebut bisa habis dan hilang, maka untuk menjaganya, pemerintah harus melarang keras pihak-pihak yang ingin menebang pepohonan timbulnya sumber mata air bak pancur tujuh," pungkasnya (san)
terbit 08 Februari 2012
Tidak ada komentar