SDN 2 Bandarbaru Butuh Perhatian
Sukau, WL-Satu unit gedung SDN 2 Bandarbaru Kecamatan Sukau Kabupate Lampung Barat (Lambar) kondisina saat ini sangat memprihatinkan, terlebih banguan sekolah yang terbuat dari material kayu, beratapkan seng dan dibangun pasca gempa Liwa tahun 1994 silam hingga saat ini hanya dilakukan rehap ringan. Akibatnya kondisi banguna sekolah saat ini sangan memprihatinkan dan beberapa lembar atap seng terlepas disaat turun hujan disertai angin, jika hujan turun dan anak-anak sedang menggelar kegiatan belajar selalu was-was.
Sebagai mana diungkapkan tokoh masyarakat setempat Sofyan Hidayat kepada Warta Lambar, Selasa (7/2). Menurutnya, satu ruang kelas belajar (RKB) telah mengalami kerusakan hingga 40% terutama pada atap. Sehingga wali murid terpaksa menggelar gotong-royong menyekat RKB yang masih memadai untuk dibagi menjadi dua, jika pihak sekolah memiliki dana untuk merehab sekolah selalu tidak mencukupi. Untuk memperlambat kerusakan pada RKB yang masih bisa dipergunakan, pihak sekolah dan wali murid selalu berkoerdinasi mencarikan solusi.
Sekolah yang memiliki murid kurang lebih 150 siswa terpaksa membagi ruangan kepada murut yang lain akibatnya disaat digelarnya belajar selalu tidak terpokus dengan masksimal pada pelajaran yang diberikan dewan guru.
Masih kata dia, pada awal musim penghujan yang lalu wali murid terpaksa meminta anak-anaknya pulang lebih awal apabila cuaca mulai mendung. Hal tersebut dilakukan wali murid akibat bangunan sekolah yang tertiup angin bergoyang dan khawatir rubuh. “Diharapkan insetansi terkait untuk melakukan perehapan pada sekolah yang berdiri di pedalama, bukan hanya melakukan pembangunan dan perehapan sekolah yang ada pusat kecamatan dan kabupaten saja,” pungkasnya. (rom)
Sebagai mana diungkapkan tokoh masyarakat setempat Sofyan Hidayat kepada Warta Lambar, Selasa (7/2). Menurutnya, satu ruang kelas belajar (RKB) telah mengalami kerusakan hingga 40% terutama pada atap. Sehingga wali murid terpaksa menggelar gotong-royong menyekat RKB yang masih memadai untuk dibagi menjadi dua, jika pihak sekolah memiliki dana untuk merehab sekolah selalu tidak mencukupi. Untuk memperlambat kerusakan pada RKB yang masih bisa dipergunakan, pihak sekolah dan wali murid selalu berkoerdinasi mencarikan solusi.
Sekolah yang memiliki murid kurang lebih 150 siswa terpaksa membagi ruangan kepada murut yang lain akibatnya disaat digelarnya belajar selalu tidak terpokus dengan masksimal pada pelajaran yang diberikan dewan guru.
Masih kata dia, pada awal musim penghujan yang lalu wali murid terpaksa meminta anak-anaknya pulang lebih awal apabila cuaca mulai mendung. Hal tersebut dilakukan wali murid akibat bangunan sekolah yang tertiup angin bergoyang dan khawatir rubuh. “Diharapkan insetansi terkait untuk melakukan perehapan pada sekolah yang berdiri di pedalama, bukan hanya melakukan pembangunan dan perehapan sekolah yang ada pusat kecamatan dan kabupaten saja,” pungkasnya. (rom)
Tidak ada komentar