Wanita Paruh Baya Tewas Gantung Diri
Waytenong, WL-Siti Fatimah (37) warga Margasaluyu I Gadingan Pekon Puralaksana Kecamatan Waytenong Kabupaten Lampung Barat (Lambar), ditemukan tewas gantung diri di dalam rumah berukuran 7x3M, yang berdiri tepat di tengah perkebunan kopi milik korban, Senin (12/3) sekitar pukul 06.00 pagi oleh anaknya yang masih berumur 7 tahun.
Dugaan sementara, korban nekat mengakhiri hidupnya dengan sehelai tali tersebut karena depresi akibat tekanan ekonomi keluarga. Saat kejadian suami korban Sumadi (40) tidak berada di rumah karena masih piket di Pasar Senin Kelurahan Pajarbulan, korban bersama dua anaknya yang pertama umur 7 tahun dan yang kedua berumur 2 tahun.
Anggota Polsek Sumberjaya yang menerima laporan langsung menuju tempat kejadian perkara (TKP) bersama petugas medis dari Puskesmas Pajarbulan, tiba sekitar pukul 07.30. Sesampai di lokasi polisi dan petugas medis langsung melakukan olah TKP dan visum atas jasad korban yang telah terbujur kaku diperkirakan telah tewas sejak 2 jam sebelum ditemukan.
“Setelah melakukan olah TKP dan visum ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban, hanya saja informasi dari beberapa saksi dan tetangga korban, kejadian tersebut sudah yang kedua kalinya, aksi nekat yang pertama dahulu bias digagalkan dan diselamatkan oleh suaminya, setelah melakukan visum dan olah TKP jasad korban langsung dibawa ke rumah orang tuanya di Keluarahan Pajarbulan,” jelas Kapolsek AKP Pujiono, mendampingi Kapolres AKBP Tatar Nugroho, SIK, SH., kepada Warta Lambar, Senin (12/3).
Terpisah, Camat Drs. Hepni, menghimbau masyarakatnya menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan tidak melakukan aksi nekat seperti yang dilakukan korban karena tidak ada masalah yang tak bisa diselesaikan. “Semua masalah pasti ada jalan keluar,” ujar Hepni.
Lanjut dia, dirinya cukup prihatin dengan anak-anak korban sebab satu dari dua anaknya masih balita berumur dua tahun, dan itu masih membutuhkan kasih sayang dan bimbingan orangtua. Menjalani hidup juga harus dibekali ilmu agama, karena masalah perekonomian cukup riskan membuat pikiran berubah melakukan aksi nekat seperti yang dilakukan korban. (nop)
Dugaan sementara, korban nekat mengakhiri hidupnya dengan sehelai tali tersebut karena depresi akibat tekanan ekonomi keluarga. Saat kejadian suami korban Sumadi (40) tidak berada di rumah karena masih piket di Pasar Senin Kelurahan Pajarbulan, korban bersama dua anaknya yang pertama umur 7 tahun dan yang kedua berumur 2 tahun.
Anggota Polsek Sumberjaya yang menerima laporan langsung menuju tempat kejadian perkara (TKP) bersama petugas medis dari Puskesmas Pajarbulan, tiba sekitar pukul 07.30. Sesampai di lokasi polisi dan petugas medis langsung melakukan olah TKP dan visum atas jasad korban yang telah terbujur kaku diperkirakan telah tewas sejak 2 jam sebelum ditemukan.
“Setelah melakukan olah TKP dan visum ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban, hanya saja informasi dari beberapa saksi dan tetangga korban, kejadian tersebut sudah yang kedua kalinya, aksi nekat yang pertama dahulu bias digagalkan dan diselamatkan oleh suaminya, setelah melakukan visum dan olah TKP jasad korban langsung dibawa ke rumah orang tuanya di Keluarahan Pajarbulan,” jelas Kapolsek AKP Pujiono, mendampingi Kapolres AKBP Tatar Nugroho, SIK, SH., kepada Warta Lambar, Senin (12/3).
Terpisah, Camat Drs. Hepni, menghimbau masyarakatnya menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan tidak melakukan aksi nekat seperti yang dilakukan korban karena tidak ada masalah yang tak bisa diselesaikan. “Semua masalah pasti ada jalan keluar,” ujar Hepni.
Lanjut dia, dirinya cukup prihatin dengan anak-anak korban sebab satu dari dua anaknya masih balita berumur dua tahun, dan itu masih membutuhkan kasih sayang dan bimbingan orangtua. Menjalani hidup juga harus dibekali ilmu agama, karena masalah perekonomian cukup riskan membuat pikiran berubah melakukan aksi nekat seperti yang dilakukan korban. (nop)
Tidak ada komentar