Puisi Puisi Malam Minggu (Edisi Ke-15)
PUISI PUISI MALAM MINGGU (Edisi Ke-15)
Dari redaksi:
Sialahkan kirim karya puisi anda ke alamat e-mail riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. Sertakan biodata. Nama asli penulis. Dan kosakata serta tanda baca yang baik dan benar, bila tidak mengikuti ketentuan ini maka karya tidak akan kami publikasikan..
TAKDIR KU
Karya Aan hidayat
Ayah kau belum maafku
ibu tirai ini belum terbuka.
Aku tercampak dari aib yang terjebak
aku adalah api hitam yang kalian paksa.
Aku yang lahir dari kenistaan
di malam iblis karibmu.
Diri ini tembok surga
sebelum tuhan melindungimu.
Aku menuntut surga yang kau halangi.
Aku mencari tuhan demi menemukanmu
aku maki rumput yang tak mendengar
kusadar takdir bumi
kupercaya suratan langit.
Duhai ayah dan ibu
kini aku tlah dewasa
meski bersanding hujat.
Gn. Sugih Liwa, 25 mei 2016
penulis: Aan hidayat
tergabung dalam
komsas simalaba
CELOTEH MATA SYAIR
Karya Q alsungkawa.
Menari pujangga di
mata sayu
melafal syair si burung
mengepak sayap.
Mengitari gunung-gunung
di antara kabut-kabut
kabarkan cerri yang berguguran.
Sungguh. Elok
dahan dan pepohon
bergelayut harap serta fuja.
Mata air
terus mengalir
menggenangi pundi-pundi
tuan nelayan.
"Sungguh nafas kami di sini"
Dan kabarkanlah, wahai
sang pujangga
tentang mimpi kami
berteduh.
Tuh.....!! Gunung.
Tuh.....!! Sawah.
Tuh.....!! Titipan
(MERAH PUTIH)
Cipta Mulya, 27 mei 2016
Kebun tebu, Lampung barat.
Penulis: Q alsungkawa.
KOMSAS Simalaba.
MATERI FATAMORGANA
Karya Yulyani
Berbalut kemeja celana jeans
begitu rapi dan wah..
melenggang dari sebuah mobil
silau mata bak melihat mutiara
lisan terbungkus kata menyejukkan.
terperdaya tutur kata dan kelembutan
hingga status pun terabaikan
sekejap lena dalam tabir kemewahan
terhipnotis innova silver
larut dalam buayan
terjerumus materi fatamorgana
Terjalin ikatan sakral
dan tetiba kemewahan itu sirna
tertelan angkuh tertanam
Way mengaku, 26 Mei 2016
Penulis : Yulyani
ASA TELAH SIRNA
Karya Ahmad Rifa'i
Ayunan kaki aku ikuti
melangkah akan kata hati
menyusuri jalan hidup ini.
Mentari enggan tampakkan diri
kabut tebal menyelimuti
terkoyak asa dalam hati
melati pergi bersama pemburu bertopi.
Gontai langkah kian terasa
halusinasi kian nyata
terhenti di tepi yang tak pasti
asa telah sirna tinggalkan luka hati.
Nama: ahmad rifa'i
almt: bah way
kec: balik bukit
kab:lampung barat
profesi sehari hari petani di perkebunan kopi
Tidak ada komentar