Puisi-Puisi Karya Anik Susanti
Dari redaksi:
Silahkan kirim karya puisi anda ke alamat e-mail riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. Sertakan biodata. Nama asli penulis. Dan kosakata serta tanda baca yang baik dan benar, bila tidak mengikuti ketentuan ini maka karya tidak akan kami publikasikan..
PERSADA TERLUPAKAN
Tembang itu masih berdongeng
pada kisah pelarung masa
segarkan ingatan pada damar juga cendana
persada menangis, hujatmu cengeng
Aku yang tahu sebab ia menangis
angin mengabarkan pepohon itu digunduli habis
juga lelara dari cinta yang didua
kau pinang selir industri
Mukanya bagai permaisuri zaman menyebalkan
yang 'makin merusak bumi
Selendang musim pun cerita pada persada
tentang abad kesombongan
lebih pentingkan Vila dari pada hutan
asap pun buat kabar tentang api selama ini
Kamu agungkan gedung gedung
laksana bulan emas yang kau pujakan
lupa tentang hikyat tentang kidung
sayap cendrawasih dan kelopak anggrek hitam
Persada cemburu pada luka yang kau sengajakan
alam berpaling muka
seakan kuatnya ingin hancurkan
andai Tuhan tak melarangnya
Gunungkidul, 5 Juni 2016
TANAH PERAK
Kusebut itu padamu
karena lebih berhati dari butiran mutiara
kau kabarkan benih perumus asa
Kian tumbuh bersama subur sri padi
aku petanimu yang setia
Siluet yang megahkan gubuk
dari lembar mega barat daya
cantikmu tanah perak teruntuk
kabar gembira lumbung padi melimpah ruahnya
aku petanimu yang jaya
Sirat amor sarat jelita
kau lebih merona
alam perawan penumbuh apa saja
aku petanimu yang kau cinta
Lembutmu bak dzikir penuh pujian
dan Malaikat pun tak pernah henti sampaikan
tentang tasbihmu juga doa untukku
Aku petanimu yang kau kasih
jika tanpamu aku tak belajar
mungkin petanimu tak mengerti tentang kinasih
yang membawa paradigma pada syukur juga sabar
Gunungkidul, 5 Juni 2016
MAHA GURU
Cahaya tak sekedar menulis atau membaca
yang benar-benar cahaya adalah isi
pada kosong akal budi telisik sisi
saat luas logika tak mampu menjamah hati
maha guru ajari lebih dalam tentang tri daya
Pada Cipta Rasa dan Karsa
engkau orang biasa tapi peranmu luar biasa
di tengah peradapan materi yang sesulit ini
taruhkan waktu ilmu dan akhlak
tunduk duduk perkara hak
Lebih manis dari pada itu
tanpa bayar hanya simpul terimakasih
penghargaanmu adalah bila kami mengamalkan
segi sisi yang kau ajarkan
Prinsipmu bukan ketinggian akal
tapi ketinggian moral
yang ajari kami seserah niat
qona'ah dan syukur tafakur
hingga akhlak kepada tuhan
Pada rakaat yang kau ajarkan
segi rahasia cinta nan sesungguhnya
Kau guru ngaji di surau
jariyahmu santun dan gurau
ilmu yang jadi cahayaku
Gunungkidul, 6 Juni 2016
SERUPA JANJI
Seruling ada nada perayu angin
mengabarkan pada embun dan belukar
nama pelangi tak bisa hadir
gadisku pupus yang kau ingin
Mata cokelat binar kejora
bayangi mahligai permadani
bujuk cinta penuh goda
si dia janjikan alam nirwana
Kepada angin dia bertanya
sampaikan pada tuhan siapa yang hendak kupilih?
cintaku yang sudah beraroma kayangan
atau pilihan ayah ibu yang pinang aku
Lazuardi yang kau lihat terlalu tinggi
Oh, gadisku.
burung sulaiman pun juga bisa merayu
kau jangan salah sangka
Tuhan menempatkan keindahan di syurga
bukan di bejana rayu resah muaranya
benar kata mereka
di dunia ini ladang pengabdian
Teguhkan hatimu tuju yang pinang kamu
jangan kau tunggu perayu itu
menarikmu pergi dari kesucian
cinta sejati adalah jalan tuhan
kemari gadisku sadari naluri
melangkahlah dan tinggalkan
penggoda itu biar pergi sendiri
Gunungkidul, 6 Juni 2016
BIDUK DAN OMBAK
Rayu pasir pada ombak
badai cemburu pada musim
mengapa kita yang layani biduk itu
cuma arti apa jala pengambil ikan
Dan Tuhan jelaskan pada kabar karang
lihatlah di pesisir
bawah tebing sembir
biduk itu seorang ayah
pencari sesuap makan yang berkah
lihatlah air susu yang kering
karena cemburumu bocah itu hampir sekarat
Dan badai berhenti merasa
dia berlalu pada kasih tuhan
tasbih laut bermunajad hiduplah
semua manusia kholifah
Senyum merangkai wewarna
warta syukur mereka
di antar ombak kembali kepangkuan keluarga
angin sahabat yang baik
kisah kasih dalam mozaik
Gunungkidul, 6 Juni 2016
Anik Susanti : Tinggal di Semin Gunungkidul Area Ponpes Al-Jauhar, gadis dua puluh tahunan ini juga bekerja sebagai karyawati dan sangat mencintai sastra sejak usia belia. Anik Susanti melalui pesan singkatnya pada redaktur menyampaikan “Dengan puisi aku berani bicara di tengah sosok diamku.”
Silahkan kirim karya puisi anda ke alamat e-mail riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. Sertakan biodata. Nama asli penulis. Dan kosakata serta tanda baca yang baik dan benar, bila tidak mengikuti ketentuan ini maka karya tidak akan kami publikasikan..
Ilustrasi foto : google.com |
PUISI PUISI ANIK SUSANTI
PERSADA TERLUPAKAN
Tembang itu masih berdongeng
pada kisah pelarung masa
segarkan ingatan pada damar juga cendana
persada menangis, hujatmu cengeng
Aku yang tahu sebab ia menangis
angin mengabarkan pepohon itu digunduli habis
juga lelara dari cinta yang didua
kau pinang selir industri
Mukanya bagai permaisuri zaman menyebalkan
yang 'makin merusak bumi
Selendang musim pun cerita pada persada
tentang abad kesombongan
lebih pentingkan Vila dari pada hutan
asap pun buat kabar tentang api selama ini
Kamu agungkan gedung gedung
laksana bulan emas yang kau pujakan
lupa tentang hikyat tentang kidung
sayap cendrawasih dan kelopak anggrek hitam
Persada cemburu pada luka yang kau sengajakan
alam berpaling muka
seakan kuatnya ingin hancurkan
andai Tuhan tak melarangnya
Gunungkidul, 5 Juni 2016
TANAH PERAK
Kusebut itu padamu
karena lebih berhati dari butiran mutiara
kau kabarkan benih perumus asa
Kian tumbuh bersama subur sri padi
aku petanimu yang setia
Siluet yang megahkan gubuk
dari lembar mega barat daya
cantikmu tanah perak teruntuk
kabar gembira lumbung padi melimpah ruahnya
aku petanimu yang jaya
Sirat amor sarat jelita
kau lebih merona
alam perawan penumbuh apa saja
aku petanimu yang kau cinta
Lembutmu bak dzikir penuh pujian
dan Malaikat pun tak pernah henti sampaikan
tentang tasbihmu juga doa untukku
Aku petanimu yang kau kasih
jika tanpamu aku tak belajar
mungkin petanimu tak mengerti tentang kinasih
yang membawa paradigma pada syukur juga sabar
Gunungkidul, 5 Juni 2016
MAHA GURU
Cahaya tak sekedar menulis atau membaca
yang benar-benar cahaya adalah isi
pada kosong akal budi telisik sisi
saat luas logika tak mampu menjamah hati
maha guru ajari lebih dalam tentang tri daya
Pada Cipta Rasa dan Karsa
engkau orang biasa tapi peranmu luar biasa
di tengah peradapan materi yang sesulit ini
taruhkan waktu ilmu dan akhlak
tunduk duduk perkara hak
Lebih manis dari pada itu
tanpa bayar hanya simpul terimakasih
penghargaanmu adalah bila kami mengamalkan
segi sisi yang kau ajarkan
Prinsipmu bukan ketinggian akal
tapi ketinggian moral
yang ajari kami seserah niat
qona'ah dan syukur tafakur
hingga akhlak kepada tuhan
Pada rakaat yang kau ajarkan
segi rahasia cinta nan sesungguhnya
Kau guru ngaji di surau
jariyahmu santun dan gurau
ilmu yang jadi cahayaku
Gunungkidul, 6 Juni 2016
SERUPA JANJI
Seruling ada nada perayu angin
mengabarkan pada embun dan belukar
nama pelangi tak bisa hadir
gadisku pupus yang kau ingin
Mata cokelat binar kejora
bayangi mahligai permadani
bujuk cinta penuh goda
si dia janjikan alam nirwana
Kepada angin dia bertanya
sampaikan pada tuhan siapa yang hendak kupilih?
cintaku yang sudah beraroma kayangan
atau pilihan ayah ibu yang pinang aku
Lazuardi yang kau lihat terlalu tinggi
Oh, gadisku.
burung sulaiman pun juga bisa merayu
kau jangan salah sangka
Tuhan menempatkan keindahan di syurga
bukan di bejana rayu resah muaranya
benar kata mereka
di dunia ini ladang pengabdian
Teguhkan hatimu tuju yang pinang kamu
jangan kau tunggu perayu itu
menarikmu pergi dari kesucian
cinta sejati adalah jalan tuhan
kemari gadisku sadari naluri
melangkahlah dan tinggalkan
penggoda itu biar pergi sendiri
Gunungkidul, 6 Juni 2016
BIDUK DAN OMBAK
Rayu pasir pada ombak
badai cemburu pada musim
mengapa kita yang layani biduk itu
cuma arti apa jala pengambil ikan
Dan Tuhan jelaskan pada kabar karang
lihatlah di pesisir
bawah tebing sembir
biduk itu seorang ayah
pencari sesuap makan yang berkah
lihatlah air susu yang kering
karena cemburumu bocah itu hampir sekarat
Dan badai berhenti merasa
dia berlalu pada kasih tuhan
tasbih laut bermunajad hiduplah
semua manusia kholifah
Senyum merangkai wewarna
warta syukur mereka
di antar ombak kembali kepangkuan keluarga
angin sahabat yang baik
kisah kasih dalam mozaik
Gunungkidul, 6 Juni 2016
Anik Susanti : Tinggal di Semin Gunungkidul Area Ponpes Al-Jauhar, gadis dua puluh tahunan ini juga bekerja sebagai karyawati dan sangat mencintai sastra sejak usia belia. Anik Susanti melalui pesan singkatnya pada redaktur menyampaikan “Dengan puisi aku berani bicara di tengah sosok diamku.”
Tidak ada komentar