Puisi Puisi Malam Minggu (Edisi ke-16)
Dari redaksi:
Silahkan kirim karya puisi anda ke alamat e-mail riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. Sertakan biodata. Nama asli penulis. Dan kosakata serta tanda baca yang baik dan benar, bila tidak mengikuti ketentuan ini maka karya tidak akan kami publikasikan..
PUISI PUISI MALAM MINGGU (EDISI KE-16)
UNTUKMU SAUDAGAR
Karya Ibrahim Lingga Saputra
Topan itu akan hancurkan kepalamu.
Ombak itu akan hancurkan hatimu.
Angin itu akan hancurkan matamu.
Air itu akan hancurkan pikiranmu.
Langit itu akan hancurkan anganmu.
Hujan itu juga akan hancurkan harapanmu.
Badai badai itu tak akan berhenti menghancurkan kamu.
Dan itu kamu harus tau.
Maka
Bangkitlah.
Bangkitlah.
Bangkitlah.
Kamu!
Wahai kamu!
Hati yang memiliki keikhlasan dan kesucian.
Bekasi,4 juni 2016
AWAL SEMI
Oleh: Q alsungkawa.
Nyaris setahun bitiran buah meranum.
Di halaman, bising gesekan mesin bersahutan.
Berharap ruang nafkah genjatan senjata
Dari perang impian si kecil menggapai langit.
Ciptamulya 4 juni 2016
Kebun tebu lampung barat.
MATA MERAH
Oleh: Q alsungkawa.
Sepasang mata berduri
mengendap air mata.
Ciptamulya 03 juni 2016.
Kebun tebu Lampung barat.
MENITI RAMADHAN
Oleh : Yulyani
Terdiam di teras depan
merenung menata kisah nan silam
termangu menatap sepi
ada riak - riak gelombang kerinduan.
Rindu Ramadhan dua tahun silam
saat rindu bersama
menapaki Ramadhan yang hakiki
menyelami ibadah yang suci.
Kini sendiri meniti Ramadhan tahun ini.
Way Mengaku, 04 Juni 2016
RINDU KAMPUNG
Oleh : Yulyani
Terhirup udara pagi ini
pagi yang berbeda dari kemaren
kabut tak menyejukkan
mentari terik menyengat
gerah berkeringat
tercium aroma sisa sisa kehidupan.
Carut marut kehidupan dimulai
toleransi antar tetangga terabaikan
sibuk dengan rutinitas
tak ada tegur sapa
melenggang penuh makna.
Terdiam di sudut sofa
mengamati sekitar
rindu akan kampungku
rindu kelahiranku
di sini terasa jenuh
amat sangat jenuh.
Way Mengaku, 23 Mei 2016
Penulis : Yulyani
Alamat : Jln. Raden intan Way Mengaku Liwa Lampung Barat
Seorang ibu rumah tangga dan anggota KOMSAS SIMALABA
CINTA DIKEHENINGAN
Karya:Diah Febriani
Malam semakin erat dengan kesunyiannya
angin berbisik mengusik dedaun
menyapa lewat lembutnya kidung cinta
merengkuh dalam dekapan angan.
Menari
bersama remang rindu yang memburu
terlukis khayal yang membungkus
namun
samar,semakin samar
Kemudian
hilang.
Puralaksana,03 Juni 2016
SESAT
Karya:Diah Febriani
Inginnya
tak terjebak dalam nista
inginnya
berjalan satu arah yang tau ujungnya
tapi belokan itu terlalu cantik untuk dilalui.
Para dedaun yg melambai
kicau burung nan merdu
desahan embunnya yang menetes
memaksa aku melaluinya
Jiwa akhirnya lepas dalam dekapan malam
tak tau arah,tak tau kemana.
Oh malam,
bawa kembali aku kejalan itu
agar aku tau kemana aku harus pulang.
Fajar bulan,03 Juni 2016
Penulis:Diah Febriani
Alamat:Puralaksana,Way Tenong,Lambar
CAHAYA DALAM BENDA
Karya Elhadzaq
Empat kursi masa lalu duduk bertatapan
Di depanku, menyimak celoteh pena dan kertas.
Benda-benda dari metamorfosa figura waktu
menyesap masa depan lewat temaram lampu
Secakram piring dan gelas kosong menggigil di dekat pintu mimpi
Menyatu dalam bayangan, sehelai tapis yang membeku
memantul dari cermin bola matamu.
KOSONG
oleh: Ayu Purwaningsih
Hembusan angin yang hanya menemani sepinya hatiku
Tetesan air yang seakan ikut mencurahkan perasaanku
Ku tersenyum..
Mencoba mengembalikan gundah yang ku pendam
Tak inginku mengeluarkan peluh karena memang itu tak menembus pekatnya hariku
Bangkit..
Mencoba kembali bahagia di atas luka
semakin ku jauh berfikir
semakin pula ku tak mengerti
Hidupku harus berarti
tak ingin kosong
meski ku sendiri ku bersyukur karena ALLAH masih menyayangiku
Walau aku hina
aku harus tetap mampu berdiri dan menghadapi dunia
Karang Agung, 03 Juni 2016
Biodata
Nama: Ayu Purwaningsih
Agama: Islam
pekerjaan: Mahasiswi
KERUDUNG SURGA
Karya Aan hidayat
Langkah gemulai penuh luruh
simpul senyum selalu terurai.
Santun dalam basa
lembut sapa kepada bumi.
Sungguh pesonamu penuh syahdu
wajah ayu dibalik hijab iman mu.
MUNAFIK
Karya :Aan hidayat
Tiada guna, seolah sesal
perangai yang diniatkan.
Mungkin hanya pemerah bibir
dari usang tabir kemunafikan.
Aku hanya menari
ikuti irama sumbang yang kau lantunkan.
Kutau di balik merdu lidahmu
hanya senyuman palsu
Kini tabir kian menipis
senyaris sutra yang melapuk
Seyogya nya kau basuh
gincu yang kemarin lusa
dengan air langit
yang mencurah di senja hari.
Penulis: Aan hidayat
Gn sugih liwa
29 mei 2016
KOMSAS simalaba
KETUPAT
Karya Titin Ulpianti
Deras ini hujan
di celah jendela kutatapi celoteh muda mudi bersautan
Tetapi, dari celah dinding sebelah
kaum ibu dengan piawai bersilat lidah
mengumpat cela
Tanpa sadar
ada sebilah hati yang teriris
Terhenyak, aku beranjak keperaduan
bebaskan diri dari kutipan dengki
dalam belenggu dosa
Sukau,2 juni 2016
BEREBUT RASA
Karya Titin Ulpianti
Masih bercengkrama menatap naskah
hati berdebar tak kala sutradara membagi skenario
para pemain wajib melakoninya
Pikitan bertempur hebat menguji adrenalin, teriknya matahari panas menjalar ketubuh
hingga semangkuk es buah hadir melepaskan dahaga bersambut celoteh jenaka
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu
perut pun mulai bersenandung ria perangpun pecah menjadi tragedi cucuran keringat perebutan mangkok mangkok sambel terasi
jadi pemusnah kasta penikmat canda tawa
Sukau, 2 juni 2016
Titin ulpianti
Anggota KOMSAS
Tidak ada komentar