Puisi Puisi Malam Minggu (Edisi Ke-18)
ZIARAH SUNYI
Karya Tyara Lambar
Adakah yang lebih perih dari sunyi ini?
kenangan yang tiba tiba menjadi rintik hujan
Ketika wajahmu memantul dan melambai di kejauhan
Jam dua malam
Rumah ini kian dipukul lengang
ketika terjaga dengan jendela yang masih terbuka
Teras kosong
dan bangku bangku yang kedinginan di halaman.
Hah, bukankah usia seperti sebuah perahu? berhanyut di hulu sungai sebelum akhirnya menghilang di tikungan.
Seperti derap kaki orang orang yang pergi usai pemakaman.
5 Ramadhan 1437 H
Tentang Penulis: Tiara, kembali aktif menulis sejak aktif di Komsas Simalaba setelah 7 tahun sempat vakum ditengah kesibukannya melanjutkan studi. Beberapa karyanya pernah terbit di majalah SABiLi serta dibukukan dalam sejumlah antologi puisi bersama.
AMUNISI
Karya Nanang r
Disaat arogan
menjamur diujung negeri
maka hati tak mengenal simpati lagi.
Amunisi bukan lagi tradisi
menghujani menembus jantung
tak berdosa binasa.
Siapa yang salah.
Tak kau dengarkah
jeritan mereka
yang kau hujani dengan sadis.
Amunisi kini dibawah kendali
tuan arogan
kini kau dipecundangi
kaum yang tak punya hati.
Sayang sekali.
Pagar dewa, 13/06/16
MALAM INI
Karya Nanang r
Masih terbaring
seperti kemarin
karena rasa sakit
yang masih mengikat di kaki.
Di hati,
aku ingat pesan ibunda
jaga kesehatanmu baik-baik nak.
Tak terasa percikan air
menyeka tegar pipiku
tak sanggup menahan malu
karena aku tak setegar hatimu.
Maafkan anakmu ibu
Pagar dewa, 17/06/16
Tentang Penulis: Nanang R adalah pendatang baru dalam KOMSAS SIMALABA tetapi karya karyanya cukup intens ditampilkan. Nanang mengaku kini menjadikan sastra sebagai bagian dari jiwanya dan bertekad untuk terus berkarya
RINDU DI UJUNG PELANGI
Karya Yulyani
Kala rindu menyeruak di balik tirai
bersanding gerimis dan panas
ada lengkung pelangi yang membayang di ufuk timur
namun biasmu hanya sesaat.
Rindu,
tak lagi berupa perdu
hanya bak pohon randu
sandingi semak belukar
yang mengganggu
seketika bisa terbabat
sebab ia halangi pandangan.
Rindu yang tertanam tak lagi berhias di sini
perlahan menghilang serupa pelangi
hiasi sesaat dan perlahan pergi.
Way Mengaku, 17 Juni 2016
WAJAH IBU
Karya : Yulyani
Ibu,
peluh aliri tubuhmu
tak dapat ku kuhitung
tetes mengalir di sudut matamu
tersirat gurat lelah sembunyi
senyum hias wajahmu.
ibu,
dentang waktu paksamu
tuk sembunyikan goresan luka
yang tertanam di relung jiwamu
bulir air mata kau lerai dengan cinta
demi senyum anakmu.
Ibu,
sesalku membuatmu terluka
naluriku ingin kan peluk dan ciummu
ingin ungkapkan maaf atas sesal
dan sentuh kakimu
namun malu dan egoku
kalahkan maaf yang tercekat
Ibu,
untaian doa
akan segala kebaikan dan kebahagiaanmu.
love you mom.
way mengaku, 14 Juni 2016
Tentang Penulis : Yulyani, Alamat : Jln. Raden Intan Way Mengaku Liwa Lampung Barat
Seorang wiraswasta dan anggota KOMSAS SIMALABA
SINOPSIS HATI SAAT INI
Karya: Anik Susanti
Sedikit saja kuulas pada angin
Dan sesiapa nan mau dengar
Tebal hati telah melambai tak ingin
Berpaling tak peduli pada benci mengabar
Sekelumit jadi segunung celotehmu
Tak penting bagiku
Wara-wara musang berbulu ayam
Juga Srigala pengeram kebencian
Lontar silat lidahmu, Aku diam
Tajam lisan fitnahmu, Kupergi redam
Tiada menitik air mata kusumbat pedih
Ujung iris mata tak tersulam sedih
Jika kalian merasa aku terbakar
Aku mengaku bukan kayu renta
Aku air untuk damai mengakar
Melindap bukan rahasia
Aku biasa saja dengan senyum Tuhan
Caci sampai berbuih tak penting
Hidupku kehidupan luas harapan
Dan kalian cuma berlalu sedenting
Sinopsis hati saat ini
Aku tak marah
Kutahu letak hikmah
Gunungkidul, Yogyakarta 17 Juni 2016
TABAYYUN
Karya Anik Susanti
Kabar berita bagai bara
Meraja amarah sirat semu
Jadi pemuda jangan terburu
Buktikan lebih dulu kebenarannya
Rengkuh tabayyun
Meneliti kaidah benar salah
Jeli sesikapi masalah
Tak asal tawur remuk rukun
Jaga langkah tindak
Agamamu sudah menuntun laku
Tinggal kamu dalam kehendak
Sudahkah terbukti kebenaran itu
Nafas cinta damai biar dirasa
Sama-sama darah muda
Pererat persatuan indah
Tiada mudah dipecah belah
Yang munafik biar fasik
Kesatuan ini tegar tak terobrak-abrik
Damai sentosa bangsa yang rasa.
Gunungkidul, Yogyakarta 17 Juni 2016
TAUFIK ISMAIL
Karya Anik Susanti
Kau sang pendakwah sastra
Di tiap bebait syairmu
Ruh kebaikan menafasi sukma yang lupa
Pada kaidah berhamba menjamah pandu
Arah langkah suaramu jelas
Kias bermajas tapi hati mengerti
Pada arti yang tersembunyi patri
Dalam lisan bahasa nasehat bias
Tetap jelas mengurai rerasa
Dalam masamu hingga usia senja
Nafas sastramu muda selamanya
Tulisanmu adalah guru bagiku
Seakan makna menumbuhi cahaya
Sinar lentera hati sesiapa nan belajar
Tentang hukum hidup kokoh berpagar
Kau Taufik Ismail
Pemuisiku yang berhasil
Menyibak fana keruh hati kami
Membaca karyamu menemu langkah kinanti
Menjawab tetunggu deru
Pencerah moral anak seluruh bangsamu
Gunungkidul, Yogyakarta 17 Juni 2016
Anik Susanti: tinggal di Semin Gunungkidul Area Ponpes Al-Jauhar, gadis dua puluh tahunan ini juga bekerja sebagai karyawati dan sangat mencintai sastra sejak usia belia. Anik Susanti melalui pesan singkatnya pada redaktur menyampaikan “Dengan puisi aku berani bicara di tengah sosok diamku.”
SURAT PERPISAHAN
Karya Mat shohada nusirwan
Saudaraku,
Aku akan pulang
Sudah dua belas hari kita bersama
namun seringkali aku ditinggal sendirian.
Walau sering dikatakan istimewa namun perlakuanmu tak luar biasa.
Oleh-olehku nyaris tak kau sentuh,
Alquran hanya dibaca sekilas, kalah dengan update status smartphone dan tontonan.
Shalat tak lebih khusyu, kalah bersaing dengan ingatan akan lebaran.
Tak banyak kau minta ampunan, karena sibuk menumpuk harta demi THR dan belanjaan.
Malam dan siang mu tak banyak dipakai berbuat kebajikan,
kalah dengan bisnis yang sedang panen saat Ramadhan.
Tak pula banyak kau bersedekah, karena khawatir tak cukup buat mudik dan liburan.
Saudaraku, aku seperti tamu yang tak diharapkan,hingga, sepertinya tak kan menyesal kau kutinggalkan.
Padahal aku datang dengan kemuliaan, seharusnya tak pulang dengan kesiaan.
Percayalah,
Aku pulang belum tentu kan kembali datang, sehingga seharusnya kau menyesal telah menelantarkan.
Masih ada delapan belas hari lagi kita bersama semoga kau sadar sebelum aku benar-benar pulang.
Karena umurmu hanyalah cerita singkat yang akan dipertanggungjawabkan dengan panjang
Batu brak, 17 Juli 2016
Tentang Penulis: Mat shohada nusirwan adalah anggota Komsas simalaba, tinggal di Batu Brak, Lampung Barat
MALAM KELAM
Karya Titin ulpianti.
Duduk terpaku di dalam loket
tesandar aku dalam lamunan langit ini kian kelam.
Duh gusti nan agung, aku terdampar sendiri di kelamnya
malam, tubuhpun terasa menggigil kedinginan, terguyur basahnya air hujan, tertepi aku di sudut
menyendiri tampa ada teman.
Malam kelam berselimut hujan
derita demi mencari penghidupan
berbaur dengan keadaan yang mewajibkan.
Sukau,15 juni 2016
Tentang Penulis: Titin Ulpianti tinggal di bandar baru kec.sukau, ia berkesenian di Komsas Simalaba
RAMADHAN
oleh Ayu Purwaningsih
Ramadhan kembali tiba
Sorak sorai umat islam terdengar hingga ke penjuru alam
Bintang pun seakan bernyanyi membentuk bintang gejora yang menghiasi langit langit rumah kami
Ramadhan
aroma yang tertabur di benak kami hanya bahagia
karena keindahanmu melebihi seribu bulan
Ramadhan
Ijinkan aku mengambil hikmah dengan hadirmu
Ijinkan aku menuai pahala dengan mengagungkanmu
Karang Agung, 14062016
Tentang Penulis: tidak mencantumkan biodata yang otentik untuk disiarkan
RINDU
Karya : Diah Febriani
Menetes air mata
tak kuasa aku menyekanya
biarlah terurai di wajah ini
hantarkan kerinduan padamu, ayah.
Ayah,
aku rindu.
Fajar Bulan, 15 Juni 2016
Tentang Penulis Penulis : Diah Febriani tinggal di Alamat : Puralaksana, Way Tenong, Lampung Barat
BUNDA
Karya M hidayat
Bunda ku tercinta
mengasuh penuh suka
tersenyum bahagia
kutemukan syurga
bersamanya.
Bunda.
Di hari raya ini
izinkanlah anakmu ini
untuk tunduk bersimpuh
di telapak kakimu.
Bunda.
Di hari kemenangan
nan fitri ini
aku akan selalu menyayangimu
dan menghormatimu.
Bunda.
Engkaulah penawar
sedih hatiku.
Talang delapan, 13/06/2016
Tentang Penullis: Tidak ada biodata tang bisa disiarkan
SAJAK RUPAWAN
Karya:Naz Elhadzaq
Sore dipeluk lembayung senja
berarak dari selatan hingga utara.
Nestapa berbalut derita tak lagi terasa
kala angin berhembus penuh asa akan cinta.
Bergurau bersama bangau yang terbang pulang
kulihat belasan ekor pipit beradu terbang
bergerombol menembus pohon rindang
memecah dedaunan seberang.
Indah bukan buatan
senja ini bak sebuah lukisan
hingga mentari kembali pulang ke peraduan.
Tiada lindap segala rupa keindahan
tiada luntur segala rupawan
abadi dalam kehidupan..
P Liyu I 10 juni 2016
Tentang Penulis: Naz Elhadzaq berkesenian di Lampung Barat bersama sejumlah seniman yang baru terbentuk dalam sebuah wadah Komsas Simalaba. Naz juga aktif dalam forum ini sebagai seorang coordinator divisi Publikasi dan Arsiparis.
RACIKAN
Karya ahmad rifa'i
Sore
hingar jalanan merayap
rambu-rambu di trotoar.
Sungguh aku terpana
racikan yang menggoda
menghiasi hari.
Sedap
sembunyi
dalam aroma memuakkan
butiran rempah
kertas dan suwiran daun kuning
kering, menyengat selaksa sesak.
Bahway 18 juni 2018
PECANDU CINTA
Karya ahmad rifa'i
Malam
gemerlap cahaya warna warni
lantunan kidangan mengiringi.
Kembali, aku terpukau akan
rayuan manis
menggoda dalam dada.
Selaksa lupa segala
aroma wiski, sloki pun tak lagi
diindahkan
di peraduan nan gulita
candu asmara kian membara.
Bahway 18 juni 2016
KERETA KENCANA
Karya ahmad rifa'i
Dongeng, sandiwara kenangan
masa silam
deras arus sungai adalah tangis
duka pagi tadi.
Karangan bunga
hiasi tandu berselimut biru
lalu lalang insan nan jadi
laju roda.
Rimbun kamboja
kembali akan muasal
dosa dan pahala.
Bahway 18 juni 2016
SERIBU TANYA
karya ahmad rifa'i
Badai
cuaca bertumbangan
adakah reduh lentera
menyentuh gelap malam.
Sesal, kian tumbuh subur
rimbun di sanubari.
Sementara diri lena, debu debu
penuhi raga.
Hujan
akankah mampu membasuh
dosa dosa.
Bahway 18 juni 2016
Tentang Penulis: Ahmad Rifa’i, tanpa disadari teman temannya di KOMSAS SIMALABA pemuda ini serius meniti hasratnya untuk menjadi seorang penyair. Seniman yang juga berprofesi sebagai seorang petani kopi di lereng Gunung Pesagi Lampung Barat ini adalah pribadi yang suka bergaul. Ia menyempatkan waktu turun gunung menuju kota Liwa untuk berkumpul dengan sejumlah seniman di ibu kota kabupaten tersebut. Ahmad Rifa’i juga giat berkesenian dengan menjabat sebagai coordinator divisi marketing dalam Komunitas Sastra Silaturahmi Masyarakat Lampung Barat (KOMSAS SIMALABA).
Dari redaksi:
Sialahkan kirim karya puisi anda ke alamat e-mail riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. Sertakan biodata. Nama asli penulis. Dan kosakata serta tanda baca yang baik dan benar, bila tidak mengikuti ketentuan ini maka karya tidak akan kami publikasikan..
Tidak ada komentar