Puisi Karya Nanang R
PUISI PUISI KARYA NANANG R
SERDADU MERAH PUTIH
Tak terputus asa,
keinginan melukis bingkai senyum pribumi.
Tak gentar meski kebinekaan
sering kali menahan langkah,
tak kau lepas merah putih
di ujung runcingnya bambu.
Kau tetap melangakah tegap,
di barisan anak panah negeri
meski halilintar berteriak nyaring
di hadapan,
yang sejenak memutus urat nadimu,
gugur bungaku layu.
Kau semangat jiwa membara,
titisan dewa
tak peduli ragamu tertanam
di balik nisan,
hanya kemerdekaan yang kau idamkan.
Bekasi, 8 Agustus 2016
SISA PURNAMA KEMARIN
Termangu
Menanti hari dengan detikan waktu
sengaja aku berfiksi
tentang purnama kemarin.
Sebongkah harapan
terselip,
masih menunggu cahaya.
Tetapinya sabit berganti
dan mengulang hari esok.
Purnama kemarin,
melukis terang
menegaskan akan pesona alam,
tentang kehidupan.
Bekasi, 10 Agustus 2016
HORMATKU
Berkibar gagah,
menghias cakrawala biru
bumi pertiwi.
Tetesan darah dari sisa-sisa
selongsong amunisi
memutus urat nadi panas
menembus sanubari.
Insan memujimu.
Tak lekang oleh waktu,
semangat juang yang membasuh
setiap lekuk tegap jasadmu
terkalang tanah kini.
Aku hormati dengan rasa bangga.
Bekasi, 9 Agustus 2016
KAU SIMPAN DI LACI SENYUMAN
Kau simpan.
Telah berhasil engkau rapikan
senyuman di balik petaka
dariku pemujamu dewi.
Seperti kemarin,
dan kau telah tersenyum
laksana embun pagi
yang singgah di daun talas
lalu pergi menjamah kalangan tanah.
Tetesan itu,
yang selalu memukul dadaku
setelahku tau engkau mampu
menyimpan tangismu.
Bekasi, 10 Agustus 2016
SANG PROKLAMATOR
Semboyan meretas
tirai kalbu, bangunkan mimpi
dari terik mentari.
Ini terjadi.
Kekatamu menjadi
amunisi selaras
nada puisi,
menghidupkan yang mati.
Proklamasi harga mati
menjadi prasasti.
11 Agustus 2016
HEDON
Aku pengikut,
arus deras pundi-pundi
hedonisme.
Tak hirau sekalipun
kau menghadang
langkahku.
Matrealis kronis,
menjamur bukan lagi
teradisi bagiku
kerikil tajam
bukan halangan.
Menganga terjebak
dalam lingkaran takdir.
11 Agustus 2016
JEJAK PILU
Semilir angin
warna-warni pelagi,
deburan ombak-ombak kecil
menari di bibir pucat.
Tetapi seperti
ada yang bisu
di tengah indahmu.
Kemana?
Kemegahan yang dulu.
Mengapa semua
menjadi batu?
Ternyata indahmu
telah menyimpan jejak pilu.
11 Agustus 2016
Tentang Penulis: Nanang R, giat menulis puisi sejak menjadi anggota Komsas Simalaba. Karya karyanya cukup produktif dan mengalami perkembangan yang positive. Saat ini Nanang tinggal di Bekasi tetapi aktive untuk meramaikan kesusastraan di kampung halamanannya Lampung Barat
Tidak ada komentar