Puisi Karya Titin Ulpianti
PUISI PUISI TITIN ULPIANTI
UNTUK BINTANG HATIKU
Begitu deras hujan yang menghampiriku
melingkari poros hati terdalam,
aku menggantungkan pada langit biru
agar dapat bercumbu lewat pandangan.
Di lubuk yang terselubung menyisakan bias kasih
menyimpan rasa sayang
begitu seperti apa?
Lelakiku
Bintang hatiku, tempat peraduan asaku
tumpuan impian yang tersusun dengan tahun
hingga masa enggan beranjak
melalui tatapan jiwa,
kutemukan gunung kebahagiaan.
Sukau, 4 agustus 2016
ANAK JALANAN
Aku hanyalah rumput liar
tak mampu tandingi wanginya mawar
sekeras apapun aku berkembang
kehadiranya terabaikan.
Cita-citaku tinggi kalahkan himalaya
usahaku tak henti kalahkan arus menuju samudra
perjalana kutempuh walau jurang menghadang
tapi apalah guna, hanya srbatas impian.
Nasib terlahir dibawah atap beton
keterbatasan materi menyelimuti hariku
jangankan merajut impian seperti mereka
waktupun tersita buat nafkah
berbekal kaleng lusuh dan harmonika tua.
Hanya ada kardus buat merenda mimpi
hempaskan segala penat
detik-detik jantung selalui dihantui para SALPOL-PP.
Sukau, 4 agustus 2016
TUKANG JAMU
Kain panjang menambah anggun langkahmu
kebaya tua jadi sejarah kehidupan
menyusuri krikil berdebu dan lorong mencekam
Di pundakmu bersarang keranjang
berisi botol jamu racikan subuh tadi
jinjingan ember berisi gelas tak menyurutkan semangatmu.
Terkadang tatapan liar penuh selidik
sumbang cibiran menyertai slalu kau balas dengan senyuman iklas.
Dihati terpatri, aku taklukan hari dengan keringat halal, demi tercapai impian dan cita-cita buah hati
mengharapkan masa depan lebih baik
kutepis segala derita hanya kutanamkan kebahagiaan jiwa.
Sukau, 4 agustus 2016
KASIH TAK SAMPAI
Kita sepakati cinta.
Sebelum logika
dipukul deras pertentangan.
Bukan keraguan memudar dari cinta
tapi bongkahan harapan tak bersambut
kasihku tak sampai di pelaminan
mengingkari persandingan.
Ramai gemerlap, canda bahagia.
Tetapi sepi sendu yang kian mencekam.
Akankah kepura-puraan
kujalani.
Dan topeng bahagia demi orang tua?
Sedangkan hati tak saling memiliki
dilema hidup hanya kita yang tau.
Sukau,02 agustus 2016
KESEDIHAN HELEN
Ramai kini tak kurasa
yang ada hanya kesendirian menghampiri
di antara keramaian penuh emosi
tatapan tanya dan pilu menyertai.
Apa salahku?
aku masih punya cita-cita dan harapan
aku masih ingin bermain dan merajut mimpi
aku masih,
dan masih banyak lagi yang ingin kulakukan.
Ibu,
maafkan anakmu
hanya bisa berikan duka membuat kolam air mata membanjiri pipimu.
Ibu,
maafkan anakmu
patahkan harapan, musnahkan impian yang menyesakan dada
oleh ulah mata jalang
penuh birahi binatang yang bersarang
menghentikan semua langkahku.
Masa depanku direnggut paksa
oleh para nafsu-nafsu biadab
terkoyak tubuh ini
sakit, perih kian terasa
jeritan hilang teredam suara angin
tinggalkan jasadku berlumur noda
terhempas di selokan
tinggalkan cerita berselimut duka.
Sukau, 1 agustus 2016
Tentang Penulis: Titin Ulpianti, tinggal di Sukau Lampung Barat. Belajar sastra di sekolah menulis KOMSAS SIMALABA. Ia aktif di sini sebagai bendahara dan bersama teman2 seniman di Komsas Simalaba kini tengah mempersiapkan kegiatan lomba cipta puisi tingkat SLTA se kabupaten Lampung Barat.
Tidak ada komentar