Puisi Karya M. Sarjuli
PUISI PUISI KARYA M SARJULI
CELOTEH MANIS TANDAN PISANG
Desir pelepah pisang di bulan ini bicara
sulitnya hidup setelah panen kopi.
Tentang teriakan bumbu dapur serta beras juga minyak goreng
di sudut belakang rumah.
Sementara petani kopi memanggul bertandan tandan pisang,
ibu-ibu merangkai kata manis pada penjajak sembako di warung samping rumah mereka,
tempat menumpukan harapan
penyambung hidup.
Saat matahari meninggi
belum juga rayuan berhasil mengajak sekarung beras
untuk ditimang
yang menjadi harapan penyambung canda tawa setiap malam di antara lelah dan letih memikul tandanan pisang.
Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 21 Oktober 2016.
KETIKA LUBANG BESAR BERBICARA
Kesenjangan hari ini terjadi.
Saat wajah wajah penjual di pasar
merasa cemas; akan sayur-mayur yang lesu,
'tak sampai pada lapak-lapak bambu.
Sementara ibu-ibu berdaster itu berkeliling di antara penjual penjual pakaian yang bertanya-tanya
kemana para penjual sayur-sayur itu?
Yang setiap minggunya ada banyolan tentang harga cabai dan tomat.
Di sudut desa lain kardus-kardus bercerita tentang lubang besar yang memisahkan mobil mobil itu dari deretan klakson di area pasar.
Dan mobil-mobil antre dengan rapi saling memaknai arti silaturahmi di pinggir jurang yang setiap dekitnya bertambah.
Dan pedagang-pedangan itu tertunduk lesu
lalu pulang dengan wajah yang kecewa.
Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 21 Oktober 2016.
BIJI CINTA
Siapa yang menurunkan hujan ini, Kakak?
Airnya membasahi hati
hingga kebingungan
menyembunyikan biji ini.
Maafkan aku Kakak biji ini tumbuh di antara rongga-rongga hati yang sepi
karena hujan kemarin.
Biji ini telah menjadi cambah,
kian hari tumbuh mili demi mili.
Hatiku sesak Kakak, dipenuhi dua daun yang mulai mekar.
Ini salahku yang lupa menutup jendela hati
hingga larut dalam lamunan hasrat.
Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 18 Oktober 2016.
BANTENG BANTENG LIAR
Dinasti banteng melambungkan bau keringat di sini.
Jalan-jalan dijadikan kubangan tempat berak para banteng-banteng.
Lalu kami berjalan menghindari kubangan itu karena jijik
terlebih lagi saudara-saudaraku yang sekarat harus meregang nyawa karena lambatnya menuju rumah sakit.
Wahai pengembala banteng-banteng liar
singkirkan mereka dari jalan kebahagian.
Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 13 Oktober 2016.
CINTA MENUNTUNMU
Bagunlah Dik!
Jangan terlena pelukan sarung dan bisikan hujan.
Sirami tubuhmu dengan embun yang menyatu menetes di pancur bambu.
Bergegaslah Dik!
Sebelum jalan kita ramai dari pedagang liar menyempitkan jalan.
Pastikan nanti melewati pasar dengarkan suaraku abaikan pedagang-pedagang itu.
Agar aku tidak terlambat mengantarmu.
Habiskan sarapanmu, Dik.
Agar kau tak merengek di tengah pasar
yang akan menghambat perjalan.
Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 18 Oktober 2016.
Tentang M.Sarjuli,
menyukai puisi sejak kecil dan tergabung dalam KOMUNITAS SASTRA SIMALABA sebagai pengurus.
Jejak pendidikan:
SDN 01 Sumber Alam 2003
SMPN 02 Way Tenong 2006
SMAN 01 Way Tenong 2009
Kontak
Hp, Whatsapp, Imo : 0856-6874-6199
Facebook : Muhammad Sarjuli
Email : Sarjuli46@gmail.com
Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah.
Tidak ada komentar