Semarak Puisi Malam Minggu (Edisi ke-32)
Photo by: Eka Fendiaspara
SEMARAK PUISI MALAM MINGGU (edisi ke-32)
PENA CINTA
Karya Muh Rasul
kugoreskan semua kerinduanku.
Diatas kertas cinta.
Kecoret senyumku.
Lalu kutulis tangisku.
Kau lari dalam kisahku.
Membeci kalimatku.
Memaki kataku.
Sayang!!!
Hentikan itu.
Habislah sudah tinta penaku.
Tinta semangat yang telah lama kuapakai.
Kuganti dengan tetes air mata.
Namun, semuanya berubah diantara detak jarum.
Habisss.
Hanya tetes darahku yang tersisa.
Haruskah kujadikan tinta.
Tidak!!
Cinta tak harus melemahkanku.
Tentang Penulis:
Muh Rasul tinggal di Desa Kajang, bulukumba, sul-sel. Ia masih berstatus pelajar di SMPN 19 Bulukumba. Pelajar 14 tahun dari pulau Sulawesi ini bercita cita untuk menjadi sastrawan dan menjadi pembaca setia SEMARAK PUISI MALAM MINGGU www.wartalambar.com.
POHON PESAGI
Karya M. Sarjuli
Kudaki kaki lereng Pesagi
berharap bertengger di ubun ubun Pesagi.
Lalu menyaksikan kalian melukis nadi
mencari aman seperti bayi; adalah sejahtera di setiap hari
sedang aku mematah sayap Pesagi agar tak terbang tinggi.
Menanamlah adikku-
agar pendakianku terbayar di esok hari
supaya hijau lereng Pesagi dengan peremajaan puisi.
30 September 2016
Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat.
LAGU SENDU ABUNG
Karya M. Sarjuli
Kita sedarah Ranau terasakah perihku?
Jika tidak bagaimana denganmu Pesagi tidakkah kau kabarkan pada Suoh tentang aku?
Sudah-sudah, biarkan
pemancinglah yang bercerita tentang laguku
saat duduk di kota berbunga nanti mengenakan dasi.
30 September 2016, Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat.
Tentang Penulis:
M. Sarjuli, menyukai puisi sejak kecil dan tergabung dalam KOMUNITAS SASTRA SIMALABA sebagai pengurus.
Jejak pendidikan
SDN 01 Sumber Alam 2003
SMPN 02 Way Tenong 2006
SMAN 01 Way Tenong 2009
Kontak
Hp, Whatsapp, Imo : 0856-6874-6199
Facebook : Muhammad Sarjuli
Email : Sarjuli46@gmail.com.
AKULAH PUISI
Karya Titin Ulpianti
Aku hanya rangkaian kata
kusingkatkan diri dengan tulisan
kuperindah majas walau terkadang menusuk.
Akulah puisi,
tak suka ditentang atau diremehkan
berjalan senada dengan lantunan jiwa
terkadang mengguris luka,
terkadang taburkan benih kebahagian.
Terkadang kumenghujat para tertinggi
terkadang mengalir para penggila cinta.
Aku tak terbatas, tak terpengaruh waktu dan tak terikat masa
dan akulah puisi yang akan menghiasi jiwa-jiwa suci.
Aku perwakilan kalimat dari berjuta makna.
Sukau, 25 September 2016
Tentang Penulis:
Titin Ulpianti tinggal di Bandar Baru Kec. Sukau, Lampung Barat. Karya karyanya rutin dipublikasikan di media online. Titin tergabung di komsas simalaba sebagai salah satu pengurus.
PESONA CERMIN MATA
Karya Anik Susanti
Pandangku masih lekat-lekat
Persembahan pesona Bukit Barisan
Di alam cermin mata kuterpikat
Pangku sejuk surga hamparan
Hijau idaman bumi
Menjaga asih habitat kinasih
Gemercik jernih air abadi
Mahabbah alam penuh tasbih
Dan aku diantara jiwa bahagia
Jantung nusantara di depan mata
Hikayat Bukit Barisan selamanya hidup
Biar terjaga unsur udara walau sehirup
Kami turut mengusung lestari
Berjanji tak merusak, dengan sampah dengan api
Gunungkidul, 30 September 2016
CINCIN TANPA PUAN
Karya Anik Susanti
Kotak merah berdebu,
meletakkanmu termangu
Kau rindu, kau sepi
Kepada jemari dan jiwanya yang pergi
Mata berlianmu redup
Udara tak membiarkan hidup
Kau mati dalam kehilangan abadi
Cincin tanpa puan
Hati gunung batu, keras berambisi
Tak mengikhlasi keputusan
Sabarlah, sadarlah
Nikmati jedamu dulu
Bilang kepada dunia!
Ini hidupmu yang sekarang
Cerlang-cemerlang
Jangan biarkan lembar-lembar waktu
Meninggalkan catatan sia-sia
Kejar langit itu
Dari atas 'kan kau dapat seluruhnya
Gunungkidul, 30 September 2016
Tentang penulis:
Pecinta sastra asal Yogyakarta, bernama lengkap Anik Susanti. Sangat antusias mengikuti kegiatan literasi. Bergabung di sekolah sastra Komsas Simalaba. Aktif kirim karya di Warta Lambar.
MINGGU CERIA
Karya Pina Yuliana
Hari minggu adalah napas perdamaian,
di mana semua insan
ukir waktu dengan kebahagiaan
yang tertunda.
Aktivitas terlintas dengan keceriaan
pada hati berjiwa matahari,
keringat alirkan semangat
yang tumbuh pada setiap insani.
Dalam udara murni
rasakan hembusan angin yang sejuk,
alirkan oksigen terus ke rongga paru paru.
Jari-jemari memancarkan
keharmonisan yang bekerja
tanpa pamrih untuk Pertiwi.
JAHITAN LUKA
Karya Pina Yuliana
Bisik cinta terus bergumam
selimuti tinta hati
yang mulai padam.
Duri-duri waktu
pijaki sayap cinta
yang merajut derita, hingga jahit luka,
dalam lembaran tajam.
Riuh pilu membesit tanya di lubuk hati
ingin deru cinta,
namun suasana risau membelah luka
pada kesunyian waktu.
Tentang Penulis:
Pina Yuliana tinggal di Sidomakmur, Kec. Way Tenong, Kab. Lampung Barat. Ia masih berstatus sebagai pelajar di SMA N 2 WAY TENONG. Saat ini Pina belajar menulis puisi di KOMSAS SIMALABA.
TANYA PUISI
Karya Q Alsungkawa
Puisi adalah puisi.
Waalaikum salam Puisi.
Aku!
Yang-
si pena buta, yang menyimpan banyak hal, tanya.
Tidaklah mengulik sempurna dari batasan, tentang samaran sesosok puisi,
tentang asalammualaikum yang bertali wajib ...
dan wujud malam, mengemasi urat nadi, menghadiahkan mimpi-mimpi yang juga menunda, tanya.
Puisi adalah puisi.
Asalammualaikum, puisi!
Bebaskan satu kata yang selalu menggantungi ingatan, bertengger di dinding-dinging gelisah
sebab nihil kukantongi jawaban dari berbagai Binatang jalang juga dari kepulan Sebatang lisong atau yang di juluki Maestro, yang selalu kehujanan kekata.
Kusimpulkan Ia adalah-
dahulu.
Puisi adalah puisi.
Engkau yang kupuisikan, sempurna-Mu
Awal bukan muasal
sebutan Akhir tiada berpenghujung.
Tanyaku pada Puisi-
piniskan kata tanya sampai ke garis paham.
Lumbok Seminung
Lampung Barat
25 September 2016
SESYAIR SOBEK
Karya Q Alsungkawa
Hahahaaa ... ha-
aku tertawa sendiri, hahahaaa!
Ternyata bahagia-
memang begitu sederhana
cukup meminang tawa. Biarpun suara syair linglung.
Hmm!
Jadi kangen ke Rahim Ibu
dalam kehangatan, jauh dari hujat, sunyi dari undang undang yang sudah benar, tetapi pelangkah tak berpijak pada sepakat.
Dan aku-
hahahaaa....
Baik-
pun syair linglung, bukan untuk sesiapa! Rintihan helai daun layu
tak cukup mampu
mengipas pohon keangkuhan yang mengangkang.
Rintih bergumul rintihan
adalah suara tepi dan terasing
cukup berbulir, tergelinding dan menancap di ranah mungkin.
Ciptamulya Kebun Tebu
Lampung Barat
30 September 2016
Tentang Penulis:
Q Alsungkawa tinggal di Desa Ciptamulya, Kec. Kebun Tebu, Kab. Lampung Barat. Q Alsungkawa adalah Pemuda yang sangat mencintai karya seni tulis dan aktive sebagai pengurus KOMSAS SIMALABA ia Rutin mempublikasikan karya-karya di www.wartalambar.com
TITIP SALAM SENYUMAN
Karya Suyono
Allhamdulillah
Ucap syukur kutuangkan
di balik keindahan nuansa pagi
kala masih di beri kenikmatan
menghelai nafas.
Inginku berpijak tenteram
meski pagi segar ini
pendengaran sejenak
mencengangkan rahang
terbuai kabar angin.
Biarlah angin yang kau ciptakan
mematikan api itu
ragaku memang tak terjamah
namun asap itu
memberi sedih pandanganku.
Angin..!
Titip salam senyuman damai dariku
untuk tuanmu.
Sekincau Lampung Barat, 29 September 2016
BINGKISAN MISTERI
Karya Suyono
Imaji terpasung di kegelapan
kelanaku remang
entah mengapa?
Hingga sayap ini meronta tuanya.
Inginku sulam simpul ke utuhan
tatkala lisanku terlipat
meratap keanggunan
rona mawar di hadap.
Mawar,
meski durimu tajam
namun harummu terbawa hilirnya bayu
dan hadirmu kini
membingkis misteri dalam lamunku.
Sekincau Lampung Barat, 29 September 2016
RINDU REMBULAN
Karya Suyono
Pekat malam
menyanding hening
jejak-jekak hujan menawan sunyi
tanpa sepercikpun cahaya.
Rembulan
sunyi gelap rindu sapamu,
di sudut lamun letih ini
ingin bersandar damai
meski hanya di sabitmu.
Rembulan
adakah sebingkai cahaya untukku?
di antara sisa-sisa sulaman dingin itu.
Hai-hai..!
kabut hitam malam ini
sirnakan bayangan dalam gelap.
Sekincau Lampung Barat, 26 September 2016
Tentang penulis:
Suyono tinggal di Desa Tiga jaya, Kec. Sekincau Lampung Barat. Pekerjaan: Wiraswasta. Suyono peminat puisi yang cukup produktife menghasilkan karya, ia bergabung di sekolah menulis dunia maya KOMSAS SIMALABA dan karya karyanya rutin dimuat www.wartalambar.com.
Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah. (Salam Redaktur: Riduan Hamsyah).
Tidak ada komentar