Semarak Puisi Malam Minggu (Edisi ke-36)
SEMARAK PUISI MALAM MINGGU LAMPUNG BARAT (edisi ke-36)
PUISI PUISI MIFTAH SHOFIYANAH N
LUPA
Lama, tangan ini
tak mengguriskan
kisah tentang semesta.
Untaian rindu
hanya untuk sepatah kata
"Cerita tanpa makna."
Tak berdasar,
kosong percuma,
tanpa tanda baca.
Abaikan senyum angkasa,
indah dunia
dan lupakan ribuan doa.
Terbata-bata berbicara,
kini kumulai berkelana.
Mencari asa,
yang belum terbaca.
Way Tenong, Lampung Barat, 25 Oktober 2016
MENANTI SENJA DI PAGI BUTA
Mata ini baru saja terbuka
langit pun masih padam
lagi mentari masih lelap tertidur.
Namun hati,
telah melayang jauh
terbang terlalu tinggi
tentang suasana senja.
Terbenamnya sinar mentari,
yang dihiasi gradiasi
meski bisu gelap menghantui.
"Gila!"
Mungkin itu yang dikatakan dunia,
tapi kupikir memang jiwa ini dahaga
akan peluk warna senja.
Way Tenong,28 Oktober 2016
PAHIT PAHIT SEPAT
Sakit kubangun, berat melangkah, dan takmampu berkata.
Asam takterasa,
garam terkecap,
kelam nikmat membayang.
Gejolak aroma mutiara, membalut tegang suasana,
meski rusak indra perasa.
Manis sedang jauh berkelana,
kini brotowali menjadi penyedap rasa,
pengantar jiwa menuju senja.
Way Tenong,Lampung Barat, 28 Oktober 2016
JAWABKU PADA SANG PENJAGA
Jika kau bertanya
tentang peta,
jawabku bukan mencari permata.
Aku mencari hangat purnama.
Ku berkelana,
memandang angan semata.
Angan yang penuh gejolak jiwa,
jiwa yang terkubur dahaga,
meski pernah tenggelam
terlena sinar permata.
Way Tenong,28 Oktober 2016
Tentang Penulis:
Miftah Shofiyah N tinggal di Pekon Semarang Jaya, Kec. Air Hitam Kab. Lampung Barat. Miftah Shofiyah N, siswa SMAN 1 Way Tenong, pecinta seni khususnya puisi, bercita-cita jadi penulis, dan tergabung di Komunitas Sastra Silaturahmi Masyarakat Lampung Barat (KOMSAS SIMALABA)
PUISI PUISI SUYONO
TETAPLAH MEREKAH
Kumbang ini tak ingin tau nona, tentang bunga lain yang kau sebut sebelum lelap menjemputmu. Sebab sayap-sayapku berkepak bicara tentang terbang yang jauh itu, hanya
di tamanmu.
Tetaplah merekah dengan rona anggunmu.
Percayalah!
Sulaman sayapku dengannya
hanyalah tentang kepompong yang menjelma menjadi kupu kupu.
Ini bukan tetang eratnya berjabatan tangan.
Tetapinya tentang ranahnya kepingan
yang selalu damai menyulam kuncupmu menjadi merekah nyaman kusinggahi.
Sekincau Lampung Barat, 27 Oktober 2016
AKU HANYALAH DAHAN
Kau mentari,
yang gemar bermain iklim.
Dan
aku hanyalah dahan,
yang akan menguning hingga kering bilamana terikmu tak sepaham di luar kemampuan.
Namun-
jangan kau cerita tentang linang pada bumi,
jika seumpama kelak
dahan ini terbawa angin
dan memberi subur, pada pohon yang lain.
Sekincau Lampung Barat, 26 Oktober 2016.
MELUKIS ISTANA CANDA
Terlampau sering
gilasan waktu menenam gesah hingga berantai
tak mudah diurai. Aku lelah Tuhan!
Tetapinya-
tak mungkin berhenti dan menyandar lelah
di sudut gelap.
Aku harus segera melukis
istana canda berbingkai tawa,
agar ronanya wajah terlihat cerah.
Meski
hanya bertopeng senyum
rapi dengan sumringah.
Sekincau Lampung Barat, 23 Oktober 2016
Tentang penulis:
Suyono tinggal di Desa Tiga Jaya, Kecamatan Sekincau, Lampung Barat
Pekerjaan: wirasuasta
Suyono bergabung di sekolah menulis dunia maya KOMSAS SIMALABA dan karya karyanya rutin di muat di www.wartalambar.com
PUISI PUISI APIN SURYADI
DIBASUH RINDU
Kasih, saat cinta ini ku ucapkan dulu
asaku begitu lusuh dibasuh rindu
dalam penantian
tak berkesudahan
malam selalu menyapu ragu
Ketika malam berbintang
aku pun lelap setiap menatap rindu
hingga kini masih tersimpan
di sini
Ya Allah, hanya Engkau
sebagai Pelindung abadi
*** (2016)
PADAMU BULAN
padamu bulan telah aku serahkan
segala penghidupan di tanah kelahiran
yang mengakhiri segala pengkhianatan rekaan
ketika kau punya jabatan
dari kenyataan yang membuatmu limbung
pada tanah leluhur
kita harus menjaganya dari kesendirian
dan kemunafikan itu sendiri
(Okt 2016)
DUNIA DAN CINTA
-kepada istri
Perempuan di sampingku
telah menghancurkan dunianya
dengan miliaran cinta
tetap saja aku seorang musafir
yang kehausan di dalam pengembaraan
Beri saja aku cahaya
untuk memusnahkan galau
*** (2015)
PENJARAH CINTA
ada yang kau jarah di dadaku
dengan cakarmu
dalamnya hingga terburai
membuat dadaku tanpa baju
masih kau turuti nafsu
yang mengkoyak igaku
hingga kau bilang aku ragu
untuk bertemu pada waktu tertentu
biarlah kudekap sendiri dadaku
tanpa dirimu
(Malam Selasa,24/1/2016)
KOMPUTER HATI
di matamu aku tersimpan dalam data-data canggih
antara asa dan kenyataan tercabik ke sebuah resiko
meski layar itu sudah terkembang
tetapi terlepas dalam pangkuan
terhempas kasih dan sayang
mulanya dari bola matamu
yang menyusup ke dalamnya
dan menyerap data-data cinta rapih sekali
dari seperangkat hatimu
tersimpan rindu yang tercabik-cabik
oleh waktu
sungguh, tertera pada nama
yang terlupakan
(2016)
Tentang Penulis :
Apin Suryadi Kelahiran 8 April di Kota Pandeglang Banten . Karya sastranya dimuat Koran lokal dan bergiat di Komunitas sastra Gunung Karang Pandeglang, sehari-hari bekerja sebagai Jurnalis. Saat ini tengah mempersiapkan buku kumpulan puisi terbarunya.
Dari Redaksi:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah.
Tidak ada komentar