Puisi Karya Q. Alsungkawa
PUISI PUISI KARYA Q ALSUNGKAWA
DEVINISI SENYUMAN PERI SENJA
Aku pulangkan senyumanmu, yang terpakai setahun lalu
dan kububuhi setangkai mawar merah.
Senyumanmu adalah tangga, ketika nyaris namaku terjebak pada titik rapuh, hingga pijakan ini tak tergemingkan.
Karena, senyuman itu sebuah pinjaman
dan
meski kau tak izinkan aku melunasinya.
Tetapinya naluri ini, dibayangi segenggam budi hingga kutempatkan senyumanmu pada puncak puisi.
Kebun Tebu, Lampung Barat, 29 November 2016.
KOPI PAGI
Rasa pahit kopi ini, menghantarkan ke 15 tahun lalu, ketika aku meraba-raba jalan kehidupan di Bumi Kopi Lampung Barat, karena aku penghuni kemudian.
Ada cerita yang mengental dalam tegukan terakhir dari secangkir kopi, tentang pelangi di jejakku. Ada pun kemesraan yang kusembunyikan di balik tirai rantau, selalu mengunggah kenangan yang sulit diterjemahkan.
Baiklah, kini kopiku menyapamu; seniman kopi. Dan aku rindukan cerita pagi dengan aroma yang menginspirasi puisi-puisiku.
Kebun Tebu, Lampung Barat, 30 November 2016.
DAYUNG
Kuajari kau, mencengkram dayung, sebab samudra biru di hulu jejakmu. Dan biduk sederhana sisa-sisa rapuh. Selayaknya kau gunakan secermat mungkin, sebabnya buah sebidang tanah, hanya ... belum cukup menerangi langkahmu sampai ke-esokan hari.
Bangkitlah Nak! Waktunya kau membaca cahaya matahari-
pun mengenalkan tubuhmu dengan jalangnya angin liar. Sebabnya langitmu, takseperti hari ini.
Bersiap, dengan napas bismilah, ikhlas yang utama, niscaya hari esok dalam genggamanmu. Aku membungkus doa untuk itu.
Sumber Jaya, Lampung Barat, 1 Desember 2016.
MONAS
Rumput hujau
bertaman salju, putih
membungkus keyakinan.
Sumber Jaya, Lampung Barat, 2 Desember 2016.
HASRAT TUALANG
Ia berkemas, setelah melucuti kerinduan dan berlalu meninggalkan air mata.
Sepertinya sebagian napasmu telah mengabdi pada jejak tualang, meski tak terhitung lagi berapa pintu yang harus kau ketuk dan entah berapa lembar surat lamaran kerja yang yang harus dilayangkan.
Selebihnya pula, harus diakui, betapa asiknya merindu, ketika napas ini terjebak di pulau-pulau dan menatap senja di dermaga, hingga melupakan jalan pulang.
Sumber Jaya, Lampung Barat, 2 Desember 2016.
Tentang Penulis: Q Alsungkawa, Penggiat seni tulis, tergabung di barisan komunitas sastra di Lampung Barat (KOMSAS SIMALABA) Dan rutinitas mempulikasikan puisi-puisinya di media online www.wartalambar.com
DARI REDAKSI:
Kami memberikan ruang kepada siapapun untuk berkarya. Bagi kami, kesusastraan nasional itu sesungguhnya adalah sebuah keberagaman; mulai dari sastra kaum pemula, sastra kaum tepi, hingga sastra kaum yg telah memiliki label nasional alangkah indahnya bila kita sepakat untuk dilihat secara bersama sama dan miliki tempat serta ruang yang sama pula untuk dihargai sebagai bagian dari corak warna dalam keberagaman. Sebab kita semua memiliki hak untuk hidup serta menemukan bentuk. Silahkan kirim karya anda ke email: riduanhamsyah@gmail.com atau inbox akun fb Riduan Hamsyah.
Terhitung mulai Bulan Januari 2017 setiap puisi yang dimuat Warta Lambar akan kami rangkum dan kami terbitkan menjadi buku antologi puisi bersama dalam setiap triwulan, maka dalam setahun kami akan menerbitkan 4 buku. Selanjutnya buku-buku ini berhak dimiliki oleh setiap penulis dan pembaca Warta Lambar di manapun berada sebagai bukti dokumentasi karya serta penghargaan kami yang sangat tinggi kepada para penulis agar karya-karyanya terkemas dengan baik. (Salam kreatife)
Tidak ada komentar