Semarak Puisi Malam Minggu (Edisi Ke-46)
DARI REDAKSI
Kirimkan puisimu minimal 5 judul dilengkapi dengan biodata diri dan foto bebas ke e-mail: riduanhamsyah@gmail.com. Puisi, biodata, foto bebas dalam satu file. Tidak boleh terpisah. Pada subjek e-mail ditulis SEMARAK PUISI MALAM MINGGU_edisi ke-47 (malam minggu selanjutnya)
Terhitung mulai Bulan Januari 2017 setiap puisi yang dimuat Warta Lambar akan kami rangkum dan kami terbitkan menjadi buku antologi puisi bersama dalam setiap triwulan, maka dalam setahun kami akan menerbitkan 4 buku. Selanjutnya buku-buku ini berhak dimiliki oleh setiap penulis dan pembaca Warta Lambar di manapun berada sebagai bukti dokumentasi karya serta penghargaan kami yang sangat tinggi kepada para penulis agar karya-karyanya terkemas dengan baik. (Salam kreatife)
SEMARAK PUISI MALAM MINGGU (Edisi Ke-46)
PUISI PUISI KARYA SUYATRI YATRI SP
KIDUNG SEPI
Merapal kelam
Rimaku tenggelam
Di bait menghitam
Sepiku semakin buram
Ritme rasa tawar
Nadaku kian berpendar
Kidungku nanar
Atmaku bersandar
Titik rindu menyapa
Langitku sedang koma
Kuletakkan kata di ujung jeda
Maknaku terasa hampa
Kusimak ragam genremu
Noktah berseru
Tanya tak lagi memburu
Tafsir sajakmu kurindu
Ujungbatu-Riau, 14 November 2016
NYANYIAN KATAMU
Menarilah sayang di langit dustamu
Aku sambut senyum menjejak bumi
Bernyanyilah sayang di angkasa fitnahmu
Aku sambut dengan tepukan salutku
Dendangkan jiwaku dengan lengus dendammu
Aku akan tidur oleh buaian alunan lagumu
Campur sari melenakan hatiku
Aku takkan membantah kicauan kekatamu
Kebenaran telah terbentang takkan kucari pembenaran
Lukisan telh terpajang takkan kuturunkan hiasan
Usahamu membakar duniaku takkan terwujudkan
Keadilan akan padamkan jelaga yang menyesakkan
Cumbulah timbunan harta lezat milikmu yang menawan
Berkuburlah dalam manisnya berlian kemewahan
Tenggelamkanlah tubuhmu dalam gemerlap kepuasan
Berdirilah gagah di atas tirai kepalsuan
Aku menjadi penonton baik lakonmu
Menjadikan kau idola yang menyaksikan dramamu
Sutradara hebat tepukan salut untukmu
Untaian kata ucapan terima kasih untuku
Ujungbatu-Riau, 7 Desember
REMAH GERSANG
Cakrawala membentang larik langit
Jingga mengecup semburat lahat
Bayangan emas meredup pekat
Gradasi warna kontras melekat
Hujan meremah di bongkahan tanah
Setia merapuh bakaran api melepuh
Jeritan resah mengikat rasa resah
Terhenti langkah pada titik jedah
Bumi terjal jurang berkubang
Derap luka pada hamparan gersang
Jerit denting mendekap jiwa kerontang
Lengking gertakmu meregang mayang
Kaca berbaring mengerikil tajam
Serpihan rintih larik menghujam
Kecupan imajinasi yang lebam
Ornamen edukasi yang menikam
Ujungbatu-Riau, 7 Desember 2016
Tentang Penulis: Suyatri Yatri SP, Lahir di Padang Siminyak, 24 Agustus 1979. Menempuh jenjang pendidikan S-1 Sastra Indonesia USU Medan tamat tahun 2003. Guru SMP dan aktif di PKBM Damai Sejahtera Ujungbatu Rokan Hulu Riau. Tinggal di Ujungbatu,Rokan Hulu Riau. Mempunyai motto “Tantangan akan membawa kebaikan yang menjadi landasan untuk melangkah lebih maju.”
PUISI PUISI AAN HIDAYAT
GEMURUH HATI
Malam ini rasa dingin menghilang, hadir gemuruh berkecamuk dalam jiwa.
Sedikit keraguan menyeruak lalu bertikai dalam angan.
Seruan lantang siang tadi masih mendenging di telinga hingga hati.
Entah apa yang akan terjadi? segalanya kian meruncing, titah para penguasa di kampungku membakar kerongkongan dan melipat lambung.
Haruskah kaki ini beranjak pergi, tinggalkan kampungku yang kian gersang.
Lalu kemana tempat berteduh, jika atap rumahpun taklayak untukku berteduh dari segala yang hadir dari langit.
Lampung Barat, 06 Januari 2017.
Tentang penulis: Aan Hidayat adalah seorang wiraswasta mebel di pekon Gunung Sugih Liwa Lampung Barat, pemuda yang memiliki hobi memancing ini juga intens menuangkan isi hatinya kedalam puisi, dan tergabung di dalam sekolah menulis sastra dunia maya KOMSAS SIMALABA.
PUISI PUISI LUTHFI Z
DEMI MASA
Demi masa,
sesungguhnya manusia tak luput dari dosa
membumbung hingga tak hingga.
Amal baik dan buruk tak kasat mata
menjadikan zhalim dirinya
Demi masa...
Insan bertakwa
pemelihara iman sekalian.
Dunia hanya sementara,
manfaatkan sebaik-baiknya
untuk selalu memperbaiki diri
disetiap waktu
disetiap pergantian hari
disetiap detak jantung
di bumi Allah
Demi masa..
Dunia ini fana.
Janganlah terlena.
Jauhilah lumbung maksiat,
tambahkan iman agar kuat
agar tak sengsara di akhirat
Demi masa...
Ialah Sang Pencipta waktu,
yang menjadikan siang dan malam.
Yang menjadikan langit dan bumi.
Yang menjadikan para insan.
Demi masa...
Takutlah kepada-Nya,
banyaklah mengingat-Nya.
Dirikanlah salat
agar engkau selamat.
Yakinlah wahai sahabat,
Allah Maha Mengetahui hati-hati mana yang ikhlas,
dan hati-hati mana yang tidak ikhlas.
Purbolinggo, 18 Desember 2016
Biodata Penulis: Luthfi Zain, lahir 15 Desember 1999, ia tengah meniti pendidikannya di kelas 11 MIPA 2, SMAN 1 Purbolinggo, Lampung. Ia mulai berkecimpung di kepenulisan mulai tahun 2015 dan mulai aktif mengirimkan karyanya di wartalambar.com.
PUISI PUISI ENDANG A
JUWITA
Akulah Juwita, yang tuan petik kala sedang mekar, kau hempaskan kemudian melayu.
Wajah seputih salju, rambut sebahu, bibir tipis bergincu, dan body bagai gitar klasik, berbalut pakaian yang terbuka di sana sini.
Ya akulah si penggoda malam, pemuas nafsu pria parlente, yang bergelayut merampas malam, membakar keteduhan, dan mencapai kenikmatan surga dunia.
Hidupku hanya menelan kepiluan sejati, bertemankan wajah-wajah penebar janji, sunyi dan penuh sesal diri, selalu merindukan ayat-ayat suci mengalun, untuk meredam nafsu setan yang melekat di hati.
Semarang, 2 Januari 2017
DALAM KOMA
Aku berlutut di negri paradoks, meminta kebahagiaan, dan bersembunyi di siklus fantasi yang menggiringku pada puncak kepuasan dunia.
Alunan musik nada-nada telanjang mengalun indah, melambungkan asaku pada keabadian.
Di mana tiada iblis yang bersemayang, dan mencuriku dari Allah, lalu menghempaskan aku dalam neraka abadi.
Berselimutkan kedamaian, dihiasi ribuan cinta, yang menjuntai indah penuh warna.
Namun sesayup aku mendengar suara Ayat-ayat suci berkumandang, meredam hasratku untuk mengikutinya, membangunkan aku dari tidur panjangku kemarin.
Allah telah memanggilku pulang.
Semarang, 5 Januari 2017.
Tentang Penulis: ENDANG A, tinggal di jl datuk tonggara 1Rt 10 Rw 11 kramat Jati Jakarta Timur. Ia bekerja di Dinas kebersihan UPK badan air. Aktif di komunitas seni pahat condet (kspc)
PUISI PUISI Q ALSUNGKAWA
CELOTEH CAMAR YANG CEMAS
Asik, rasa kopi, dan sajian sang camar, yang membawa kabar tentang laut.
Sedangkan aku, bercumbu dengan aroma kopi, lalu merangkai sebaris yang kau lupakan, tentang jiwa yang tak pernah kembali.
Kebun Tebu, Lampung Barat, 1 Januari 2017.
SEBATAS WAKTU
Sebab tak terukur waktu, oleh sisa napasku. Tetapinya, kutunda sekelumit sisa pikiran, yang mungkin, tak membingkai senyum di bibirmu.
Tetapinya lagi, udara yang kau hirup, adalah sisa penciumanku, hingga jiwaku, menyatu seiring angin, diantara terik yang memukul kulit bumi.
Kutitipkan sajak-puisi, catatan usang, jejak tualang.
Di situ, di sungai yang paling hulu, kutabur butiran pasir, semasa aku kecil. Yang pastinya, telah hanyut ke hilir jauh, menyatu dengan tarian ombak. Dan menikmati bias senja, ketika hari menua.
Kebun Tebu, Lampung Barat, 4 Januari 2016.
CATATAN LAPUK
Pagi ini, akhir usia si gubuk tua, yang telah lama
melindungi catatan matahari, peluru alam yang berdesir.
Dan tiang-tiang besi, yang dirakit para tukang, siap menggantikan batas usiamu, yang telah di gerogot waktu.
Terimakasih gubuk tua. Atas keteduhan juga nyaman, yang lingkup di tububmu.
Tetapinya ting penyanggamu, tetap terpancang di nadiku, bersama catatan hari-hari.
Sumber Jaya, 6 Januari 2016.
Tentang Penulis: Q Alsungkawa, bergiat di komunitas sastra di Lampung Barat (KOMSAS SIMALABA), ia mempulikasikan puisi-puisinya di media online www.wartalambar.com, Saibumi.com dan Lampungmediaonline.com
PUISI PUISI ANIK SUSANTI
KETULIAN BATIN
Tentang cahaya yang ingin kutangkap. Di jiwa nan dalam.
Tuhan, aku melihat Engkau mengajarkan pada udara. Yang tak pernah kafir menjalankan tugasnya. Yang selalu kuhirup, masuk memenuhi paru-paru waktu.
Mengingat sunyi tak lagi abadi, ia hanya menunggu tiba keriuhan. Di mana seluruh jagat kehidupan. Berkumpul dengan wajah hati, dengan tabiat diri. Membiarkan sesiapa tak satu pun bertanya. Detak dunia pun mustika perhiasan.
Tapi di hati ini cahaya semakin samar. Sesampainya di benak aku lalai. Dan kini kembali pada raga tak mendengar; denyar rohani. Terberai dan terbengkalai.
Ketulian batin.
Gunungkidul, 6 Januari 2017
PESAN BIRU DI ATAS MATAHARI
Langit dimukim pesan-pesan, mengawasi planet kehidupan. Perantara gerak waktu, oleh keputusan penentu. Membangun gerbang senja tertanda lembayung. Mengarungi pembatas napasku, napasmu yang larung.
Biru di atas matahari, lembar pertama sampai ke tujuh. Pelukis yang tangguh, menggambarkan perjalanan utuh. Sabda kekasihnya; udara adalah peta arah keabadian ruh.
Apa yang kita cari sesungguhnya telah menemukan. Tinggal memilah fana ataukah baka, pilihan pendakian.
Gunungkidul, 5 Januari 2017
DI BUKIT KOPI
Hening bening harapan di helah napas daun-daun
merawat bumi penuh keluwesan
amanah kepada tanah penghidupan
liku jalan perias, mengindah anggun.
Di bukit kopi ada harapan petani
jejak jerih pribumi penanggung lestari
bukan pemuja kepentingan diri
tak seperti belantara industri
yang ikhlas, membebali negeri
dengan sampah dan polusi.
Jika persada milik petani
lonceng kerusakan tak berdentang sekeras ini
di tangan mereka, mengolah lahan berpupuk cinta.
Gunungkidul, 5 Januari 2017
BULAN PERTAMA TAHUN INI
Muson barat terus mengarak mendung
menjatuhkan hujan bersama rinai kangen
mengalir restu mengasuh dunia
menyejuk relung
tenang dalam warta kehidupan.
Payung bantala adalah basah
yang berkah, menjamah
ke sela-sela kering
di permukaan batu pun atas reranting
Di bulan pertama tahun ini
ada hening bening harapan
nirmala, pada kening embun pagi
pelepas malam membuka fajar lembaran
'ku mulai tulis asa puisi
di langit negeri sisa damai
kutangguhkan semoga kami tak tercerai berai.
Menjadi pemuda perangkul beda-beda
membuka Januari menambang waktu
menemukan permata masa depan surga
bagi alam kelahiran bangsa.
Gunungkidul, 5 Januari 2017
WANGI MEKARAN MIMPI
Januari rona senja ini
angkasa dilukis warna magenta
kemudian melukis inginku yang saga
malaikat bersayap kupu-kupu menunjukkan metamorfosis hakiki
siklus perjalanan menuju sempurna.
Ya, lebih baik lagi
mengulas arti hati, kebijakan paradigma
menata langkah mendidik logika
dengan seluruh rasa
karena rasa lebih luas adanya.
Aku belajar dari udara dan air-Nya
serta warna-warna mayapada yang empati
aku manusiawi ingin berarti
mengedar kasih sayang, seperti ajaran ibu
benih biji kalbu.
Hari ini, wangi mekaran mimpi terhidu
semi bunga harapan di tahun nan baru
kuronce mahkota yang memikat
pusara masa lalu; adalah mesin pengingat
pelajaran tempatku berbuat
berbenah jiwa menanam bakti
Gunungkidul, 5 Januari 2017
Tentang penulis: Anik Susanti, Pecinta sastra asal Yogyakarta, ia Seorang karyawati yang hobi menulis. Karyanya kini sudah tergabung dalan sejumlah buku antologi bersama. Belajar sastra di KOMSAS SIMALABA. Aktif mengirimkan karya di www.wartalambar.com.
PUISI PUISI ABI N BAYAN
LUKA DESEMBER
Ketika air langit tumpah, mengikis kaki gunung
aku ingat, lukamu Desember.
Gebe dan laut Maluku menjadi saksi, matamu tercabik,
isak meledak di sepanjang ombak
dan di tanah, mimpimu menangis
pada sebuah kesedihan, yang aku bilang keluhan.
Sebab, ayahmu, masih ingin bercinta dalam seribu satu purnama.
Ternate, 2 Januari 2017.
Catatan: Gebe adalah nama Pemukiman, sejenis Desa di Maluku Utara.
TARIAN PASAR
Di pasar itu,
kita adalah ibu-ibu yang digertak
bapak-bapak yang dibentak
keringat yang diperdagangkan
tubuh-tubuh yang diejek, seenaknya saja.
Tetapinya pasar itu
adalah kita,
sayuran buah-buahan
yang ditendang, seenaknya saja.
Keluh kesah meledak
gertak bentak tanpa tempat.
Hai kau tuan berpangkat.
Ternate, 31 Agustus 2016.
DI MALAM YANG REBAH
Mimpimu
lalu aku
ke mana?
bila malampun semu
aku tidak berdaya melepas, penat
siang meremas-remas mataku.
Ternate, 4 Desember 2016.
KUPANGGIL NAMAMU SENJA
Sejak perjalanan setengah purnama yang lalu, hinga tiba di bulan yang kesekian kalinya, aku teringat sepasang merpati yang terbang menemuimu di batas waktu, tempat cinta takluk bersama fajar yang baru saja pulang.
Dan aku masih ingin bercumbu di tangkai fajar, walau ranting ini patah bersama pucuk daun yang tumbang.
Aku butuh tempo, menghafal sebait puisi yang tersimpan dalam biji doa.
Ternate, 5 Januari 2017.
Tentang Penulis: Abi N. Bayan tinggal di Supu, Kec. Loloda Utara, Kab. Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Abi N. Bayan tergabung di Komunitas Parlamen Jalanan Maluku Utara (KPJ MALUT).
PUISI PUISI KAMSON
SENYUM LERENG ABUNG
Di jendela rumah yang mungil, kulempar pandang ke sudut jauh tempat berdiri kokoh Gunung Abung sebagai saksi batas wilayah Lampung Utara dan Barat.
Jari-jari bukit juga melengkapi kesempurnaan alam surga nan hijau, dikelilingi perkebunan biji-biji ajaib yang dinamai kopi.
Dangau-dangau dan jalan menikung di kaki bukit turut andil memanjakan indera siapa saja yang menyapa alam surga.
Sungguh indah.
Entah kekata apa yang hendak dituang sebagai umpama atas kemegahannya.
Kebun Tebu, Lampung Barat, 3 Januari 2017.
Catatan ; Dangau adalah gubuk/pondok yang ada di perkebunan kopi (dangau = bahasa suku Semendo).
Gunung Abung terletak di sekitar kecamatan Kebun Tebu yang merupakan wilayah perbatasan Kab. Lampung Barat dan Lampung Utara.
SISA LUKA
Sewindu berlalu.
Air terus mengalir ke hilir jauh, begitupun awan menari di atas bumi nan indah.
Siang yang terik di tengah ladang terlihat belati yang pernah mengukir luka.
Perih,
luka di waktu yang lalu, ternyata masih tersisa dan terasa.
Gedungsurian, Lampung Barat, 3 Januari 2017
SERUMPUN PUISI
Aroma tak sedap yang merayu tampak
menipu saudara saudaraku saat mengembara mencari angin.
Menjemput sejuk menuntun jalan pulang dengan
buah tangan bau anyir menuai tumpah air mata.
Lupakah kita pesan sang Agung
nan indah terangkai kata,
"jangan turut antri di terminal tak dikenal yang hanya janjikan angin-angin surga."
Tak boleh pergi dari rumah sendiri, karena semua mimpi dan cahaya terang ada di sini.
Kebun Tebu, Lampung Barat, 2 Januari 2017.
Tentang Penulis: Kamson tinggal di Desa Pura Mekar, Kec. Gedung Surian, Kab. Lampung Barat, Lampung. Ia tergabung dalam KOMSAS SIMALABA (Komunitas Sastra Silaturahmi Masyarakat Lampung Bagian Barat). Karyanya telah dipublikasikan di www.wartalambar.com.
www,saibumi.com.
PUISI PUISI YENNI DA
KIDUNG JANUARI
Diantara merdu serunai
mengalun menuai syahdu
dalam hamparan kebun kopi
di lembah yang menjanjikan damai.
Seringai semangat wajah renta
guratan letih tanpa sesal
mencampur baurkan mimpi
pada kerutan kening pejuang sejati.
Ini awal Januari,
yang disesaki nyanyian
para pencari keajaiban
tentang hidup sebenar hakikat.
Way Tenong, Lampung Barat, 04 Januari 2017
AKHIR CINTA TAHUN BARU
sepenggal nyawa kesayangan
hanyut tergulung ombak
cinta sejati tenggelam diantara buih,memutih meninggalkan kenangan.
Tak terbersit sesal
dari lautan nan bengis
mengawali kegembiraan yang sirna
pada cakrawala kalender.
Pantai indah Krui,
menoreh kelabu
untuk pencari canda tawa
dalam seramnya air.
Selamat jalan cinta
hanyutkan sejatinya dengan gelombang
hentikan denyut nadi
dan hantarkan pada keabadian.
Way Tenong, Lampung Barat, 04 Januari 2017
Tentang penulis: Yenni DA, Alamat pekon Mutar Alam kec Way Tenong Lampung Barat.
Tergabung dalam KOMSAS SIMALABA, sejumlah puisinya dipublikasikan di sejumlah media online.
PUISI PUISI AHMAD IRFAN FAUZAN
RIBANG
'Ku tulis sajak 'tuk mengenang namamu
Di antara hujan badai dan gelombang zaman edan
Kita sempat saling tatap,
meleburkan kefanaan,
manafsirkan debar,
dan sama-sama mengusap air mata
Kekasihku, pagi telah menghapus kabut
Embun-embun yang di ujung maut
Sepasang burung bertukar ludah
Aku menyaksikan rautmu mendunia
Di palung atma,
di lembar daun,
dan di tubuh waktu
'Tika aku memikirkanmu hidup menjadi hidup
Waktu yang tiba-tiba mati
Dunia menjadi pelangi
Dan nestapa meredup
Kita telah libur merajut senyum
Tiga hari lamanya arloji melamun
Jaringan meleburkan tawa
Jarak menikam dada
O, kekasihku. Kucari engkau dalam tsunami gelebah
Jawilan_16_Desember_2016
Tentang Penulis: Ahmad Irfan Fauzan, tinggal di desa Dukuh Tengah, kecamatan Ketanggungan, kabupaten Brebes.Email: Ahmadifan93@gmail.com
PUISI PUISI NANANG R
PANGGIL SAJA AKU CAMAR
Pesisir pantai,
seakan menerjemah gejolak jiwa
ketika ombak-ombak kecil berebutan
menghapus jejak kaki ini.
Panggil saja aku camar,
ketika aku pulang!
Krui, lampung barat 01 Januari 2017.
Tentang Penulis: Nanang romadi tinggal di Desa Pagar Dewa Lampung Barat. Ia aktif dalam sekolah sastra ( KOMSAS SIMALABA). Email: Hprestu838@gmail.com
Tidak ada komentar