Puisi Karya Nastain Achmad
SEMARAK PUISI MALAM MINGGU (edisi ke-52)
DARI REDAKSI
Kirimkan puisimu minimal 5 judul dilengkapi dengan biodata diri dan foto bebas ke e-mail: riduanhamsyah@gmail.com.
Puisi, biodata, foto bebas dalam satu file. Tidak boleh terpisah. Pada
subjek e-mail ditulis SEMARAK PUISI MALAM MINGGU_edisi ke-53 (malam
minggu selanjutnya). Naskah yg dimuat akan dishare oleh redaksi ke group
fb Silaturahmi Masyarakat Lampung Barat (SIMALABA), SASTRA KORAN
MAJALAH. Redaksi juga akan memberi konfirmasi pd penulis yg karyanya
dimuat. Bila dalam 1 bulan puisimu tidak dimuat maka puisi dinyatakan
ditolak. Salam kru redaksi.
PUISI PUISI NASTAIN ACHMAD
Selasa Malam
Bukan sembahyang
Atau
Menunaikan ibadah yang diperintahkan
Mencari syafaat kecintaan umat
Muhammad kekasih sepanjang hayat
Kawin kembang ara
Berkat menggema
Dawai tabuhan merima
Nuansa malam para hamba
Mencari warna
Berkalung sholawat bernada
Serupa mutiara
Di antara lautan api dan jalan hitam negeri hampa
Tuban, 2017
Badasi Diri
Waktu berguguran
Dahan rapuh
Jarum jam menulis peristiwa gigil
Sepanjang haru
Tanpa jejak henti
Gemuruh hujan, suara badai, nyalang mengurai
Bukan sebab musim tabah menemuinya
Namun,
Langit setia menabur rinai
Dan harap maracau letak perjalanan
Desau diri mengendap di dahan
Lalu menetas suara geming berdalih sepi
Di sudut atap kepala ini
Matahari kian memuncak
Membakar diri
Remah langkah tanpa rawi
Sebelum kuawali dan berakhir mati
Lebih baik kupekik sendiri
Di ujung paling sunyi
Tuban, 2017
Waktu berguguran
Dahan rapuh
Jarum jam menulis peristiwa gigil
Sepanjang haru
Tanpa jejak henti
Gemuruh hujan, suara badai, nyalang mengurai
Bukan sebab musim tabah menemuinya
Namun,
Langit setia menabur rinai
Dan harap maracau letak perjalanan
Desau diri mengendap di dahan
Lalu menetas suara geming berdalih sepi
Di sudut atap kepala ini
Matahari kian memuncak
Membakar diri
Remah langkah tanpa rawi
Sebelum kuawali dan berakhir mati
Lebih baik kupekik sendiri
Di ujung paling sunyi
Tuban, 2017
Mengeja Duka
busana ini sering kutanam
di garis tanganmu yang retak
sebab hujan menguras dahaga waktu
kubangan basah bibirmu
memoles warna pelangi di ujung air mata adu
surau ini kerap tumpah
di antara wajah-wajah rinai di tubuhmu
seperti mendung sore ini
masih kau simpan
di pucuk jari manismu
Bojonegoro, 2016
Dada Wanita Itu
jangan anggap wanita adalah telanjang di kolam renang
anggap saja tirai luka
dan segumpal lekukan sua
melayang di ambang kepala
melo drama
pucuk merujuk anggunn renyuh
meski dada tak sepantas rumah idaman masa depan
masih saja menyimpan pelukan
ingin tenggelam tenang
jika kau masih sebagai pria atau wanita
ibarat langit
dada wanita itu sulit kau peras
Tuban, 2016
busana ini sering kutanam
di garis tanganmu yang retak
sebab hujan menguras dahaga waktu
kubangan basah bibirmu
memoles warna pelangi di ujung air mata adu
surau ini kerap tumpah
di antara wajah-wajah rinai di tubuhmu
seperti mendung sore ini
masih kau simpan
di pucuk jari manismu
Bojonegoro, 2016
Dada Wanita Itu
jangan anggap wanita adalah telanjang di kolam renang
anggap saja tirai luka
dan segumpal lekukan sua
melayang di ambang kepala
melo drama
pucuk merujuk anggunn renyuh
meski dada tak sepantas rumah idaman masa depan
masih saja menyimpan pelukan
ingin tenggelam tenang
jika kau masih sebagai pria atau wanita
ibarat langit
dada wanita itu sulit kau peras
Tuban, 2016
Lajur Tangan Itu
sesat merujuk
saat mata menghendus meja putih
berandamu
dentuman nadi—dada mengalir bengawan
deras hinggap di sayap-sayap angan
lambaian yang tak biasa kutulis
puisi liris tak sebanding rendra kupas buah pepaya di masa mudanya
kuhitung sebagaimana logaritma ilmu pasti
setiap gerak lentik jari itu
kutuang serbuk iba
semerbak bunga di sudut lesung gunungmu
lurik di lajur tangan itu
adalah detak waktu yang tiba-tiba diam
saat duduk di poros senyummu
Tuban, 2016
Tentang Penulis: Nastain Achmad, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI BOJONEGORO. Alumni Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan. Puisi-puisinya pernah dimuat di Radar Mojokerto, Radar Surabaya, Duta Masyarakat, Buletin Kanal, Buletin Jejak dan memiliki puluhan antologi bersama, salah satunya adalah Tifa Nusantara 3 (Marabahan, 2016), Antologi Puisi Hari Puisi Indonesia 2016 “Matahari Cinta Samudra Kata”, Antologi Puisi Qurani 2016 (Parmusi) dan Antologi Ta’aruf Penyair Muda Indonesia 2017. Facebook: Nasta’in Achmad. IG: @nastain.achmad. Nomor kontak/WA: 085607509119.
sesat merujuk
saat mata menghendus meja putih
berandamu
dentuman nadi—dada mengalir bengawan
deras hinggap di sayap-sayap angan
lambaian yang tak biasa kutulis
puisi liris tak sebanding rendra kupas buah pepaya di masa mudanya
kuhitung sebagaimana logaritma ilmu pasti
setiap gerak lentik jari itu
kutuang serbuk iba
semerbak bunga di sudut lesung gunungmu
lurik di lajur tangan itu
adalah detak waktu yang tiba-tiba diam
saat duduk di poros senyummu
Tuban, 2016
Tentang Penulis: Nastain Achmad, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI BOJONEGORO. Alumni Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan. Puisi-puisinya pernah dimuat di Radar Mojokerto, Radar Surabaya, Duta Masyarakat, Buletin Kanal, Buletin Jejak dan memiliki puluhan antologi bersama, salah satunya adalah Tifa Nusantara 3 (Marabahan, 2016), Antologi Puisi Hari Puisi Indonesia 2016 “Matahari Cinta Samudra Kata”, Antologi Puisi Qurani 2016 (Parmusi) dan Antologi Ta’aruf Penyair Muda Indonesia 2017. Facebook: Nasta’in Achmad. IG: @nastain.achmad. Nomor kontak/WA: 085607509119.
Tidak ada komentar