Puisi Karya M. Sarjuli
SEMARAK PUISI MALAM MINGGU (edisi ke-54)
DARI REDAKSI
Kirimkan puisimu minimal 5 judul dilengkapi dengan biodata diri dan foto bebas ke e-mail: riduanhamsyah@gmail.com. Puisi, biodata, foto bebas dalam satu file. Tidak boleh terpisah. Pada subjek e-mail ditulis SEMARAK PUISI MALAM MINGGU_edisi ke-55 (malam minggu selanjutnya). Redaksi akan memberi konfirmasi pd penulis yg karyanya dimuat. Bila dalam 1 bulan puisimu tidak dimuat maka puisi dinyatakan ditolak. Salam segenab redaksi.
PUISI PUISI M SARJULI
TIANG TIANG KEKUNANG
Pada jam sekian jelas terilahat bedanya.
Saat kekunang menggantung di tiang-tiang tepi
jalan lalu menjelma kekaguman tentang gemerlapnya Ibu Kota.
Tetapi hanya berjarak beberapa kilometer saja, kekunang itu enggan menerangi jalan jalan beraspal.
Bagi kami yang hidup jauh dari kota terlebih lagi keluarga yang mengeduakan membeli boklam lampu motor, mencium bala di setiap malam ketika mengharuskan mendekati petaka.
Di penghujung bulan rekening-rekening berbicara tentang kewajiban membayar penerangan jalan.
Dan itu harus.
Lalu bagaimana kami tidak mempertanyakan kemana larinya pajak-pajak kami selama ini.
Sedang kami dan kalian sama adalah penaat pajak.
Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 02 Maret 2017.
SEBUNGKUS ROKOK
Bagaimana hendak melaporkan pungli, saat keluargaku memberi ucapan terima kasih kepada pemakai seragam dinas.
Sebungkus rokok ini penyebab hancurnya aturan tertulis.
Sepertinya kronis pelicin urusan di republik ini
Hingga mengakar dan menjadi bagian dari simpati.
Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 02 Maret 2017.
MEMBACA JEJAK KERINGAT
Ratusan kali sabit terayun
mengusap peluh terik matahari
menyerupai sejarah moyang kami,
tentang perjuangan untuk anak istri, pontang panting di bawah dahan kopi.
Menebas rumput, mengorek sejarah purba jejak tualang leluhur kami.
Duduk sejenak menikmati peluh, menjajah senyum di reranting kopi.
pemererat tali keluarga.
Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 02 Maret 2017.
CERITA PLASTIK BIRU
Menelisik lebih jauh ada harapan di plastik biru mengantung, berbicar tentang sulit menafsirkan peluh di antara Desember-Juli
juga ibu-ibu merangakai remah kekata menjadi pemanis rayuan, tentu ini membicarakan bau kulit legam, yang di setiap hari membelai reranting.
Lalu tibalah masa di mana petani mendongak mengulik harap di balik plastik.
Hoy. Jadi ini kehidupan di antara Desember-Juli
setelah dedak kopi kembali ke asal.
Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 02 Maret 2017.
KETIKA KUSAKSIKAN IJAB KOBUL
Ada bahagia, was-was juga rencana
ketika hasarat mulai memerah jambu. yang tersusun rapi di lipatan idam.
Mebawa hasrat pada segelintir kalimat pengikat jiwa.
Lalu denyar sound system mengetarkan dada memompa darah berdesir kencang,
maka tibalah waktu penghujung remaja.
Puluhan pasang mata juga telinga jadi prasasti pengikrar janji, mengubah jawaban siapa dia.
Simpang Tiga, Air Hitam, Lampung Barat, 03 Maret 2017.
Tentang Penulis: Muhammad Sarjuli tinggal di Lampung Barat, Kec. Air Hitam, Desa Sinar Jaya, Dusun Simpang Tiga. Menyukai puisi sejak kecil dan tergabung dalam KOMUNITAS SASTRA SIMALABA sebagai pengurus. Karya-karyanya aktif di publikasikan di berbagia media di antaranya wartalambar.com saibumi.com lampungmediaonline.com http://Lintasgayo.co karyanya dibukukan bersama sastrawan Jawa Timur berjudul BULAN SEMBILAN, serta tiga karyanya lolos dalam event kopi penyair dunia yang di beri judul Kumpulan Puisi Kopi 1550 MDPL, yang terbaru sejumlah karyanya dibukukan dalam antologi berjudul EMBUN DI LERENG PESAGI.
Tidak ada komentar