Puisi Karya Endang A
SEMARAK PUISI MALAM MINGGU (edisi ke-59)
DARI REDAKSI
Kirimkan puisimu minimal 5 judul dilengkapi dengan biodata diri dan foto bebas dalam satu file ke e-mail: riduanhamsyah@gmail.com. Pada subjek e-mail ditulis SEMARAK PUISI MALAM MINGGU_edisi ke-60 (malam minggu selanjutnya). Redaksi akan memberi konfirmasi pd penulis yg karyanya dimuat. Bila dalam 1 bulan puisimu tidak dimuat maka puisi dinyatakan belum layak. (Mohon maaf sebelumnya laman ini belum dapat memberikan honorium). Salam segenab redaksi.
PUISI PUISI ENDANG A
PUISIKU
Ini tentang kalimat puisi
ingin kunisankan di lorong gelap ibu kota
namun jejemari datang memanggil hasrat untuk menari dan bernyanyi.
Tersebab pencarian, belum tuntas di pangkas pagi, masih berupa lembaran kosong
mencabik ilustrasi malam
akan indahnya masa itu.
Dan syairku terbentuk, dari aliran napasmu
karena kau adalah bait, dari tiap kalimat kalimat diksi, yang terkontaminasi oleh waktu.
Jakarta, 5 April 2017
SEBUAH MALAM
Gelap bergelayut manja, menyelimuti sendiriku
pada suara suara hewan malam
melagukan nada, meramaikan suasana.
Agak terusik
merepotkan saja para suara
pahamilah, aku ingin keheningan.
Hai langit kerinduan!
bicaralah, aku di sini, bersama kopi
telah kukemas untukmu, kejoraku
datanglah menyemai biji-biji cinta
mengupas cerita jejak langkah esok hari.
Jakarta, 5 April 2017
WI SI KALUNG BIRU
Wi, apa kabarmu?
Masih dalam detak napas yang sama say?
Aku mengalimatkan kata rindu, pada kalungmu
coba kau raba, tinta hitam berurat nadi
di sana, sebuah lubuk kebahagiaan
tertanam, bersama cahaya.
Terserah waktu kan bercerita
saat ini kita susuri saja jalan-jalan setapak
leburkan cinta, menghujani tubuh
pertumbuhannya menyuburkan pepohonan sajak
aku mengilainya, sungguh.
Jakarta, 5 April 2017
TUAN BUDIMAN
Eh ada Tuan Budiman!
masih dini untuk berkeliaran.
Mau pergi kemana Tuan?
Bukankan serangan balik esok lusa?
Jangan bilang berkeliling mencari sensasi
bukankan sudah berstempel, tenang pasti menang.
Tetapi,
Anda salah melihat, cacing kecil terlindas pula
bukankan masih banyak beruang kutub, macan macan garong
bonus extra tuh!
Kenapa?
Oh takut ....
Ya memang gigitan mereka lebih buas
lebih berotak dan ....
okelah aku paham sedikit.
Baiklah lanjutkan perjalanan!
hati-hati jangan menginjak duri
bisa mati,
jabatannya
mengikat pinggang
akhirnya bersarang di Grogol
ampun bapak, cuma mengingatkan saja.
Selamat siang!
salam dari kami penghuni panti.
Jakarta, 5 April 2017
ILALANG GILA
Kau ilalang gila menebar virus kegilaan
di keseharianku
penuhi rongga bernoda, menciprat cinta penuh aroma.
Sungguh, kiasan itu bagai nyata, menyihirku sekujur tubuh menggelepar menikmati kisah itu
dibalik lipatan bumi, hanya aku dan ilalang memenuhi catatan orang edan, pada abat ini, ya abat ini.
Jakarta, 6 April 2017
BIMBANG
Di lain waktu,
tubuh ini berada dalam tanah keabadian.
Kemudian percintaan kita linglung
antara kau dan Rabku
memilih di antaranya.
Sedang morgana menatap tajam
menyurutkan aliran jiwa
patah
gemeretak
dalam sujud yang tak pernah usai.
Jakarta, 6 April 2017
PENGHARAPAN
Aku mengkaji bentuk tubuh
dan liukan jemari yang jatuh
kedalam lembar coretan.
Kemudian di kupas puisi
bersama hijau dedaunan bertanya keberadaan langit.
sedang mereka juga pengembara
menyusuri jalan mencari hikmah kehidupan
dengan pijakan bumi yang mulai menua.
Sesekali saja pertikaian amnesiakan
sebab batang kalimat sudah letih menguliti pagi, bersama Agama yang tercabik.
Biarkan kedamaian datang menghampiri mawar
di rumah panggung dengan situs pemekaran warna.
Jakarta, 3 April 2017
MIMPI
Malam, matamu mengisahkan nada sempoyongan, masih berupa serpihan kisi kehidupan, belum dilengkapi oleh sebuah catatan.
Sedang angan menjarah liar memasukki celah celah tak bertuan, membabat habis penggembaraan panjang, beraromakan kebusukan rasa.
Gelitiknya membanggunkan pori pori hidup
hingga terhempas oleh tanda kutip
di persimpangan jalan menukik.
Entah akan kemanakah birama itu?
sulit memaparkan sebab akibat, tersebab batang kalimat hilang dari langkah kaki.
Dan aku masih terdiam di sudut kota menantikan hadirmu, dalam nyata, pada ujung kisah bersama secarik kertas kemenangan hari.
Meretas sebuah akhir cerita cinta pada lembaran keagungan.
Jakarta, 4 April 2017
HAWA APRIL
Tersisa nada pada guratan senja
hadirnya mempuisikan birama
berlagukan pucuk kemarau
yang seharusnya meretas
bulan ini.
Ah ... kemanakah rasa
sedang sajian kopi sudah kukemas
bersama batang kalimat
bertemankan aksara di ujung pengharapan.
Masih beraromakan bebijian rempah
menyatukannya menjadi bait bait sajak
menyegarkan otak kemalangan
yang bersembunyi pada emperan jalan ibu kota.
Jakarta, 6 April 2017
Tentang penulis : Endang A. Tinggal di Jln Dukuh 5 Kramat jati Jakarta Timur. Mempublikaaihkan puisinya di media online: www.wartalambar.com
Tidak ada komentar