Cerpen Ari Vidianto "Sakitnya Ditolak"
DARI REDAKSI
Kirimkan Cerpenmu dilengkapi dengan biodata diri dan foto bebas dalam satu file ke e-mail: riduanhamsyah@gmail.com. Redaksi akan memberi konfirmasi pd penulis yg karyanya dimuat. Bila dalam 1 bulan Cerpenmu tidak dimuat maka dinyatakan belum layak. (Mohon maaf sebelumnya laman ini belum dapat memberikan honorium). Salam segenab redaksi.
Cerpen Ari Vidianto
Sakitnya Ditolak
Kring, kring, kring!
“ Eh, sudah pukul lima,”
Namaku Neva, aku siswa SMA. Kata ibuku aku sangat cantik, baik hati dan begitu feminine. Rambutku panjang dan berkilau. Neva juga gadis yang soleha dan menghormati kedua orang tuanya. Neva pun mengambil air wudhu dan segera melaksanakan salat subuh. Lalu dia pun berdoa.
“Ya Allah berilah aku dan kedua orang tuaku kesehatan. Aamiin,”
Lalu..
“Ibu,Neva berangkat dulu ya?”
“Ya. Hati-hati di jalan,”
“Iya,”
Neva pun melangkahkan kaki menuju sekolah dengan penuh semangat.
***
“Mana Neva ya? Kok belum datang-datang,”
“Apa dia tidak berangkat sekolah ya?”
“Hai Arvi?”
“Neva,”
“Maaf ya, kalau kau lama menungguku,”
“Ah,tidak apa-apa kok,”
“Kamu memang baik hati,”
“Ayo kita berangkat. Nanti terlambat lho,” ajak Arvi.
“Iya,”
Cowok ini namanya Arvi. Dia teman baikku sejak SD. Kemana-mana selalu bersama. Kalau bersamanya aku merasa aman. Tapi…belakangan ini dia sering memperhatikan aku. Kalau sampai dia menyatakan cinta padaku bagaimana ya? Ah, tidak tahu lah.Mungkin ini hanya perasaanku saja. Karena selama ini dia kuanggap seperti kakak ku sendiri.
***
Di sekolah…
“Neva semakin cantik saja. Aku tembak dia apa engga ya?”
Hahahaha…Terlihat Neva dan teman-teman perempuannya sedang bercengkerama.
“Nanti kalau ditolak bagaimana? Aku takut kalau dia menjadi benci kepadaku. Dan dia tidak mau menjadi temanku lagi,” gumam Arvi penuh gelisah.
Tiba-tiba Neva menatap Arvi.
“Arvi melihat aku lagi,” gumam Neva dalam hati.
“Gawat, Neva melihatku,pura-pura tidak lihat ah. Lalala…,” ucap Arvi sambil melihat langit-langit kelas.
“Kenapa dia jadi salah tingkah begitu,” kata Neva dalam hati.
“Ada apa Neva,kok kamu memandangi Arvi?” tanya Vela. Neva pun menoleh.
“Begini Vel, aku perhatiin dari kemarin-kemarin Arvi itu selalu memperhatikan aku,”
“Apa?” Vela pun terkejut.
“Dia selalu curi-curi pandang kepadaku,”
“Jangan-jangan Arvi suka kamu?” tebak Vela.
“Dia mungkin mau menembak kamu, tapi hatinya masih bimbang. Alias ragu-ragu. Jadi kamu siap-siap saja,”
“Siap-siap apa maksudmu?”
“Apa? Memangnya kamu tak tahu?”
Neva pun hanya terdiam.
“Maksudnya siap-siap ditembak Arvi,begitu maksudnya,” terang Vela.
“Apa!” jawab Neva terkejut. Matanya pun melotot dan mulutnya menganga.
“ Kenapa kau terkejut begitu? Seharusnya kau senang, karena ada yang menyukaimu. Tidak seperti aku yang sampai saat ini belum ada yang mencintaiku,” jelas Vela panjang lebar sambil berwajah sedih.
“Mungkin yang di katakana Vela ada benarnya, tapi …,” gumam Neva sambil menundukkan kepala.
***
Hari pun telah siang. Semilir angin berhembus lirih, pohon-pohon pun menggoyangkan dedaunannya. Terlihat Neva dan Arvi berjalan bersama, tetapi tidak seperti biasanya. Arvi di depan dan Neva di belakang. Tidak berdekatan seperti biasa.
“Ngomong apa ngga ya? Aku masih bingung,” pikir Arvi.
Deg, deg,deg…“Kenapa jantungku berdebar-debar ya?” gumam Neva. Tiba-tiba mata Arvi melihat Neva.
“Dia melirik,” lirih Neva.
“Hah?” ucap Arvi sambil membalikan badannya ke arah Neva.
Deg,deg,deg… jantung Neva semakin berdebar kencang. Mata Arvi melihat ke pundak Neva.
“Ne..Ne..Neva. I..itu..,” ucap Arvi agak terbata-bata.
“Akh..dia mau bilang,” kata Neva sambil memejamkan matanya. Deg,deg,deg…Jantungnya tambah berdebar.
“Nevaa! Di pundakmu ada ulatnya!” seru Arvi.
“Hah!?” Neva pun terkejut sambil melirik ke pundak kanannya. Ternyata benar ada ulatnya…
“Kyaaaa…! Arviii..toloong…dibuang ulatnya,” seru Neva. Greep! Tanpa sadar Neva memeluk Arvi. Arvi pun tersipu malu.
“Jangan takut. Aku akan membuang ulatnya,” ucap Arvi menenangkan Neva.
“Hiii… jijik..,” keluh Neva sampai berkeringat. Akhirnya Arvi berhasil membuang ulat dari pundak Neva.
“Ulatnya sudah kubuang,”
“Huuf…untunglah,” ucap Neva sambil menghembuskan nafas.
“Haah!” Neva pun terkejut ternyata dia sedang berpelukan dengan Arvi.
“Ah, maaf,” kata Neva sambil membalikan badannya.
“Yaah..nggak pelukan lagi deh,” gumam Arvi dalam hati.
“Bilang tidak ya?” Arvi masih bingung.
“Kalau tidak bilang nanti aku menyesal,” tambahnya.
“Neva, aku ingin bicara,” akhirnya Arvi memberanikan diri. Neva pun membalikan badannya dan menatap Arvi.
“Ka..ka..kamu mau bilang apa Vi?”
“Ne..Neva. Aku cinta kamu, maukah kau menjadi pacarku?”
Deg…ternyata benar dugaankku, Arvi menyukaiku,aku harus menjawab apa? Neva pun terdiam dan berpikir keras.
“ Neva tolong jawablah?” pinta Arvi.
“A..A..Arvii..,” ucap Neva terbata-bata.
Arvi pun sudah tidak sabar mendengar jawaban dari mulut Neva, hatinya berdebar tak karuan.
“Maafkan aku Arvi, selama ini aku sudah menganggapmu sebagai kakak ku sendiri. Jadi lebih baik kita berteman saja,”
“Apa?”jawab Arvi pun terkejut, tubuhnya gemetar. Keringat dingin bercucuran di sekujur tubuhnya. Ternyata selama ini dia hanya dianggap kakak saja oleh Neva. Arvi pun menunduk lemas.
“Sekali lagi maafkan aku,” jawab Neva sambil berlari meninggalkan Arvi seorang diri. Arvi hanya bisa menatap Neva. Dia tidak bisa mencegah Neva. Hatinya remuk dan hancur. Ternyata begini rasanya sakitnya ditolak.
Lumbir, 13-14 Maret 2017
****
SELESAI
Tentang Penulis
Penulis : Ari Vidianto,lahir di Banyumas, 27 Januari 1984. Bekerja sebagai Guru di SD Negeri 2 Lumbir.Bukunya yang sudah terbit yaitu Ibu Maafkan Aku ( Pustaka Kata, 2015 ) & Wajah-Wajah Penuh Cinta ( Pustaka Kata, 2016 ). 17 buku Antologi dan banyak karya yang dimuat di Media Massa seperti di Majalah Sang Guru, Ancas,SatelitPost, Tabloid Gaul, Readzone.com, Buanakata.com,Sultrakini.Com, Riaurealita.Com,Duta Masyarakat, Solopos, Wartalambar.Com, Sastranesia.Com, Radar Mojokerto, Kedaulatan Rakyat dll .
Tidak ada komentar