HEADLINE

Gula Aren dari Pagar Dewa: Mencetak Manisnya Ekonomi Desa di Tengah Tantangan Alam

Gula Aren dari Pagar Dewa

PAGAR DEWA - Di tengah keasrian kebun kopi yang menghijau di Pekon Pagar Dewa, Kecamatan Pagar Dewa, Kabupaten Lampung Barat, pohon aren berperan penting dalam menyuplai pendapatan tambahan bagi penduduknya. Di sini, produksi gula aren bukan hanya menjadi tradisi, tetapi juga sumber ekonomi vital yang membantu meringankan beban ekonomi sehari-hari.

Gula Aren dari Pagar Dewa

Pohon aren, yang tumbuh berdampingan dengan kebun kopi di pekon ini, menawarkan lebih dari sekedar nilai estetika. Sebanyak 3.000 tajuk pohon aren tersebar di kebun-kebun warga, siap memberikan hasil berupa nira yang diolah menjadi gula aren. Proses pengolahan ini merupakan sumber pendapatan tambahan yang sangat dihargai, terutama karena hasil dari kebun kopi hanya dapat dipanen sekali dalam setahun.

Gula Aren dari Pagar Dewa

Sugeng Sampurno, seorang pengrajin gula aren, menjalani rutinitas harian yang melelahkan namun memuaskan. Setiap pagi dan sore, Sugeng memanjat pohon aren yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Dalam satu hari, ia berhasil mengumpulkan lima belas liter nira dari dua kali penyadapan. Proses ini memerlukan keterampilan khusus, di mana batang manggar aren harus disayat agar aliran nira lancar ke dalam jerigen penampungan.

Gula Aren dari Pagar Dewa

Setelah nira dikumpulkan, proses selanjutnya adalah memasaknya menjadi gula aren. Proses ini memakan waktu hingga dua belas jam dengan menggunakan cetakan tradisional dari bambu. Hasil akhir dari proses ini adalah gula aren berkualitas tinggi yang dijual dengan harga dua puluh ribu rupiah per kilogram. Meskipun harga ini mungkin tampak rendah, bagi Sugeng dan warga lainnya, setiap tetes nira yang dimasak memiliki nilai yang jauh lebih tinggi, mengingat kesulitan dan ketelitian yang terlibat dalam prosesnya.

Namun, tidak semuanya berjalan mulus. Sugeng mengungkapkan bahwa musim hujan seringkali menghadirkan tantangan tersendiri. "Ketika hujan turun, kayu bakar untuk memasak nira menjadi basah dan sulit digunakan. Selain itu, memanjat pohon aren yang tinggi dan licin juga berisiko," kata Sugeng saat ditemui media ini pada 22 Juli 2024. Kendala-kendala ini menjadi bagian dari rutinitasnya yang tidak mudah, tetapi hasil dari gula aren tetap menjadi bantuan berharga bagi ekonomi keluarganya.

Pj Peratin Pagar Dewa, Yoga Sugama, mengungkapkan semangatnya untuk mengembangkan potensi produksi gula aren di pekonnya. Dengan sekitar enam puluh rumah tangga yang terlibat dalam produksi, Yoga mencatat bahwa rata-rata produksi gula aren mencapai 1,2 ton per bulan. "Saat ini, gula aren kami masih sebagian besar dijual di lingkungan sekitar. Kami ingin memperluas pasar dan mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif. Kami juga sedang mencari program-program yang dapat membantu industri rumah tangga ini tumbuh lebih pesat," jelas Yoga.

Harapan Yoga dan masyarakat Pagar Dewa adalah agar Pekon Pagar Dewa dapat dikenal sebagai pusat produksi gula aren yang berkualitas. Dengan dukungan dari pemerintah pekon dan upaya untuk memperluas pasar, mereka berharap semakin banyak warga yang terlibat dalam pengolahan pohon aren dan memanfaatkan potensi ini untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.

Gula aren dari Pagar Dewa bukan hanya sekedar produk tradisional, tetapi juga simbol dari ketahanan dan kreativitas masyarakat dalam menghadapi tantangan ekonomi. Dengan potensi yang besar dan keahlian yang telah terasah, gula aren diharapkan akan semakin memperkuat ekonomi lokal dan menjadi salah satu andalan baru bagi kesejahteraan warga.

Reporter : Pascal
Editor : Tohjaya

Tidak ada komentar