HEADLINE

Tak Ada Jembatan, Ratusan Petani Harus Naik Rakit Menuju Sawah

Tak Ada Jembatan, Ratusan Petani Harus Naik Rakit Menuju Sawah
Tak Ada Jembatan, Ratusan Petani Harus Naik Rakit Menuju Sawah: Inilah Kegigihan Petani di Pekon Srimulyo, Lampung Barat

BANDAR NEGERI SUOH - Setiap hari, ratusan petani di Pekon Srimulyo, Kecamatan Bandar Negeri Suoh, Lampung Barat, menghadapi tantangan besar untuk mencapai sawah mereka. Tanpa adanya jembatan yang menghubungkan pemukiman dengan lahan pertanian, para petani mengandalkan rakit sederhana berbahan bambu sebagai satu-satunya sarana transportasi utama. (4 Juli 2024)

Tak Ada Jembatan, Ratusan Petani Harus Naik Rakit Menuju Sawah

Meskipun berisiko tinggi, mereka tetap menggunakan rakit ini untuk menyeberangi sungai menuju persawahan di Rawa Kalong. Tiap tahunnya, sekitar 5000 ton gabah kering dipanen dari lahan seluas lebih dari 500 hektar ini, menjadikan wilayah ini sebagai salah satu penghasil padi terbesar di Lampung Barat.

Tak Ada Jembatan, Ratusan Petani Harus Naik Rakit Menuju Sawah

"Rakit baru hanya bisa bertahan satu kali musim panen atau sekitar enam bulan. Setelah itu, kami harus kembali mengumpulkan dana sebesar 100 ribu rupiah per hektare untuk membuat rakit baru," ungkap Rusnawati, seorang petani lokal.

Tak Ada Jembatan, Ratusan Petani Harus Naik Rakit Menuju Sawah

Selain menghadapi kendala akses transportasi, petani di Rawa Kalong juga menghadapi masalah infrastruktur yang minim. Hanya 50 persen dari areal persawahan yang tersedia memiliki saluran irigasi, sementara sisanya mengandalkan irigasi manual dengan galian cangkul.

Untuk memenuhi kebutuhan air dalam menanam padi, para petani harus menggunakan mesin sedot atau alkon untuk menyedot air dari Sungai Way Semaka, meskipun hal ini menambah biaya operasional.

Tak Ada Jembatan, Ratusan Petani Harus Naik Rakit Menuju Sawah

Suranto, seorang petani lainnya, menyatakan, "Kami berharap pemerintah dapat memberikan perhatian serius untuk meningkatkan ketersediaan saluran irigasi dan membangun jembatan yang akan memudahkan akses kami dalam mengelola hasil bumi."

Dengan kondisi ini, ratusan warga yang bergantung pada sektor pertanian di wilayah ini menanti upaya nyata dari pemerintah untuk mendukung produktivitas dan kesejahteraan mereka. (WARTALAMBAR.COM/EKI)

Tidak ada komentar